Sastra Menolak Terorisme
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Berbagai aksi penolakan masuknya ideologi ekstrem yang dilakukan kelompok radikalisme di Indonesia mulai berdatangan, baik dari Lembaga Majelis Ulama Indonesia, tokoh-tokoh ormas Islam, dan bahkan penolakan tunggal pun dideklarasikan oleh mantan teroris Abu Tholut. Kali ini penolakan ideologi ekstrem (teror) datang dari "Sastra Menolak Terorisme" yang dituangkan lewat buku yang berjudul "Pengantin Langit, Antologi Puisi Menolak Terorisme" yang diluncurkan di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, pada Senin (22/9).
Ancaman terorisme dan penyebaran paham radikalisme terus berkembang dan bahkan telah banyak melakukan aksi teror di Indonesia. Maka itu upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme haruslah didukung oleh semua pihak dan salah satunya upaya pencegahan yang dilakukan saat ini yaitu melalui karya sastra sebagai salah satu pendekatan "soft approach" dalam pencegahan terorisme.
Maka dari itu, Badan Nasional Pencegahan Terorisme bekerjasama dengan Lembaga Daulat Bangsa dan juga Komunitas Sastra Indonesia membuat pencegahan terorisme dari kalangan seniman dengan melakukan pendekatan pada bidang sastra melalui gerakan "Satra Menolak Terorisme" yang diharapkan dapat menumbuhkan dan membangun kesadaran di kalangan pelaku sastra, sastrawan, budayawan dan pemerhati sastra sebagai benteng dalam melawan redikalisme dan terorisme.
Acara yang dimeriahkan dari berbagai seni dan komunitas sastra Indonesia serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menampilkan pementasan wayang betawi, parade puisi, musikalisasi puisi oleh grup Omah Suwung dan pembacaan puisi oleh Presiden Penyair Indonesia Sutarji Chalsum Bahri serta deklarasi penyair menolak terorisme.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...