Sastrawan Danarto Meninggal Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sastrawan Indonesia Danarto, meninggal dunia pada Selasa, 10 April 2018, pukul 20.54 WIB.
Penulis cerpen dan novel fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia ini, seperti ditulis dalam siaran pers yang beredar di media sosial, sebelumnya mengalami kecelakaan di daerah Kampung Utan, Ciputat. Ia tertabrak sepeda motor ketika menyeberang menuju kantor sebuah bank, sekitar pukul 13.30.
Dari lokasi kecelakaan, Danarto sempat dibawa ke RS UIN Syarif Hidayatullah sebelum akhirnya dirujuk ke RS Fatmawati, sebab Danarto mengalami luka parah di bagian kepala.
Sejumlah sastrawan tampak menungguinya ketika mendapat perawatan di rumah sakit. Di antaranya Radhar Panca Dahana, Noorca Massardi, Uki Bayu Sejati.
Apa dan Siapa Danarto
Danarto, seperti dikutip dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, adalah sastrawan terkemuka dan juga pelukis.
Dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah, ia sangat dikenal melalui karya tulisnya, berupa cerpen yang banyak dimuat di dalam Majalah Horison, seperti “Nostalgia”, “Adam Makrifat”, dan “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat”.
Di antara karya cerpennya, cerpen berjudul “Rintrik”, mendapat hadiah dari Majalah Horison tahun 1968. Pada tahun 1974 kumpulan cerpennya dihimpun dalam satu buku yang berjudul Godlob.
Karyanya dengan pengarang lain, yaitu Idrus, Pramudya Ananta Toer, AA Navis, Umar Kayam, Sitor Situmorang, dan Noegroho Soetanto, dimuat dalam sebuah antologi cerpen yang berjudul From Surabaya to Armageddon (1975) oleh Harry Aveling.
Karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Inggris, Belanda, dan Prancis. Cerpennya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling diberi judul From Surabaya to Armagedonn (1976) dan Abracadabra (1978).
Danarto belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI, sekarang ISI, Red) Yogyakarta jurusan Seni Lukis. Pada tahun 1976 ia mengikuti lokakarya Internasional Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat, bersama pengarang dari 22 negara.
Pada tahun 1958—1962 ia membantu majalah anak-anak Si Kuncung yang menampilkan cerita anak sekolah dasar. Ia menghiasi cerita itu dengan berbagai variasi gambar. Selain itu, ia juga membuat karya seni rupa, seperi relief, mozaik, patung, dan mural (lukisan dinding). Rumah pribadi, kantor, gedung, dan sebagainya banyak yang telah ditanganinya dengan karya seninya.
Selain karya cerpen, Danarto, penerima SEA Write Award dari Kerajaan Thailand pada tahun 1988, juga dikenal melalui karyanya, Asmaraloka (1999), Berhala (1987), Orang Jawa Naik Haji (1984), Gergasi (1993), Setangkai Melati di Sayap Zibril (2001).
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...