SBY: "Ekonomi Indonesia Tetap Stabil"
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengemukakan kondisi perekonomian Indonesia saat ini akan bergejolak akibat dampak ekonomi global, akan tetapi presiden masih optimistis bahwa pemerintahan yang akan dipimpin presiden baru nanti akan memiliki kondisi ekonomi yang stabil.
Hal ini dia kemukakan pada Jumat (15/8) saat penyampaian Pidato nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2015 di hadapan anggota MPR, DPR, dan DPD RI Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8).
“Gejolak dalam perekonomian global diperkirakan masih terjadi, namun demikian diharapkan terjadi perbaikan dalam perekonomian dunia. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 diharapkan mencapai 5,6 persen,” kata presiden.
Angka ini lebih kecil dari tahun lalu, karena saat membaca nota keuangan Presiden SBY mengemukanan kala itu bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Tahun Anggaran 2014 diperkirakan mencapai angka 6,4 persen.
Menurut Presiden SBY perekonomian Indonesia tumbuh karena faktor eksternal (ekonomi global), dan stabilitas fundamental ekonomi. “Serta berlanjutnya kebijakan struktural dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, berimbang, dan berkelanjutan,” lanjut Presiden SBY.
Pertumbuhan ekonomi, menurut SBY merupakan pembangunan harus yang kuat, berimbang dan berkelanjutan sebagai bagian dari upaya pencapaian target pertumbuhan ekonomi. SBY menyatakan asumsi inflasi dijaga pada angka 4,4 persen yang dapat diraih dengan cara pemerintah menjamin pasokan dan distribusi kebutuhan masyarakat serta peningkatan koordinasi dengan Bank Indonesia.
Presiden SBY dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga menekankan pentingnya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu kepala negara menginginkan pengalokasian Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang diasumsikan pada kisaran 6,2 persen, guna mengantisipasi risiko peningkatan suku bunga di Amerika Serikat. Presiden SBY mengatakan asumsi harga minyak yang dipatok pemerintah sebesar 105 dolar Amerika Serikat per barel.
Pada 2015, Presiden SBY mengatakan satuan harga biaya memindahkan minyak mentah dan gas bumi. “lifting minyak mentah diperkirakan dapat meningkat secara bertahap mencapai sekitar 845 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1.248 ribu barel setara minyak per hari,” tutup Presiden SBY.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...