Sebagian Pengungsi Kelud Masih Bertahan
KEDIRI, SATUHARAPAN.COM - Sebagian pengungsi warga Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, setelah letusan Gunung Kelud (1.730 mdpl) masih bertahan di tempat pengungsian kendati pemerintah telah menetapkan penurunan status gunung itu menjadi siaga.
"Walaupun status sudah turun, sebagian pengungsi masih ada yang tinggal di tempat pengungsian, karena rumah mereka rusak," kata Ketua Bidang Penerangan dan Informasi Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo, di Kediri, Jumat (21/2).
Pengungsi yang masih bertahan itu kebanyakan berada di Kecamatan Puncu dan Kepung. Tingkat kerusakan bangunan paling besar memang terjadi di dua daerah tersebut.
Dia menambahkan, pemerintah saat ini terus mendata rumah warga yang rusak akibat letusan Gunung Kelud, Kamis (13/2) malam lalu. Sekitar 19 ribu rumah warga rusak berat, sedang, ataupun ringan, tersebar di empat kecamatan terdampak, yaitu Kecamatan Ngancar, Plosoklaten, Kepung, dan Puncu.
Sejumlah logistik terutama material bangunan juga sudah datang, seperti semen, genteng, serta kayu. Nantinya, bahan bangunan itu akan didistribusikan ke rumah warga yang rusak dengan dipandu perangkat desa setempat.
"Perangkat desa yang lebih tahu rumah warga yang rusak. Bantuan juga terus datang," ujarnya lagi.
Pihaknya juga masih menyiapkan logistik berupa bahan makanan untuk kebutuhan pengungsi sampai rumah mereka siap huni.
Menurut Adi, perbaikan rumah yang rusak itu segera dilakukan dengan melibatkan pemilik rumah, warga, serta petugas terkait. Perbaikan diharapkan segera selesai, sehingga warga bisa menempati kembali rumah mereka.
Camat Ngancar Ngaseri mengatakan, setelah penurunan status Gunung Kelud dari awas ke siaga, warga di daerahnya sudah pulang ke rumah masing-masing. "Warga sudah melakukan aktivitas, seperti membersihkan rumah atau ke kebun," katanya.
Dia juga menyatakan, sejumlah logistik, seperti bahan pokok masih berada di kantor, dan akan tetap disalurkan kepada warga yang berhak menerima. Material bangunan yang tersedia berupa genteng, dan diharapkan bahan bangunan lainnya juga segera datang, katanya pula.
Status Gunung Kelud sampai saat ini diturunkan dari awas menjadi siaga, setelah letusan Kamis (13/2). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meminta agar jarak 10 kilometer dari kawah harus steril.
Gunung Kelud meletus, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan meletus pada pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula waspada menjadi awas, dengan mengeluarkan material vulkanik berupa batu, pasir, serta abu vulkanik lainnya.
Sebanyak 66 ribu warga pada empat kecamatan terpaksa mengungsi akibat letusan tersebut. Bencana itu berdampak pada semua lini, baik perekonomian, sosial, pertanian, kesehatan, sampai fisik bangunan.
Status Gunung Kelud turun menjadi siaga pada Kamis (20/2) yang disampaikan langsung Kepala Badan Geologi ESDM Kementerian ESDM Surono. Ia mengatakan, penurunan status itu dilakukan setelah tim Geologi ESDM memantau kondisi Gunung Kelud sejak meletus hingga Rabu (19/2) pukul 24.00 WIB, dan tidak lagi ditemukan aktivitas Kelud berupa tremor vulkanik. (Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...