Sebelas Hewan yang Sudah Punah Karena Kesalahan Manusia (1)
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Peristiwa punahnya satwa atau tumbuhan tertentu bukanlah hal yang baru bagi planet ini. Tetapi beberapa spesies yang terancam punah saat ini benar-benar berada pada jumlah yang tertinggi dan mengkhawatirkan karena faktor kesalahan manusia.
Menurut Center of Biological Diversity, saat ini mereka kehilangan puluhan spesies setiap hari. Hampir 20 ribu spesies tanaman dan hewan berada pada resiko tinggi kepunahan dan jika berlanjut, bumi ini dapat melihat peristiwa kepunahan masal lainnya dalam beberapa abad.
“Tidak seperti kepunahan pada masa lampau yang diakibatkan oleh beberapa peristiwa seperti serangan asteroid, letusan gunung berapi dan pergeseran iklim alam, krisis ini hampir seluruhnya terjadi disebabkan oleh kita sendiri, manusia,” jelas Center of Biological Diversity. “Bahkan hampir 99% dari spesies yang saat ini terancam karena adanya aktivitas manusia, terutama mereka yang menyebabkan hilangnya habitat para hewan, pengenalan spesies eksotik dan pemanasan global.”
Meskipun belum ada badan internasional tunggal yang menyatakan secara resmi sebuah spesies atau subspesies tertentu punah, namun International Union of Nature’s Red List adalah lembaga otoritas yang diakui secara luas untuk melacak spesies terancam dan hampir punah.
“Fokus utama yang disoroti oleh Red List adalah untuk menghentikan spesies dari kepunahan,” kata seorang manajer Red List Washington Post pada tahun 2011. “Tapi secara tidak resmi, kami menjadi daftar internasional terhadap standar kepunahan.”
Dibawah ini adalah 11 hewan yang telah punah pada dua abad yang lalu karena kesalahan manusia.
- Badak Hitam Afrika Barat
Badak Hitam Afrika Barat (Diceros bicornis longipes), adalah subspesies badak hitam yang dinyatakan punah pada 2011.
Subspesies terakhir ada di Kamerun, tapi survei intensif pada 2006 tidak menemukan tanda-tanda kehidupan badak hitam Afrika Barat tersebut. Menurut IUCN, “sangat mungkin bahwa subspesies ini sekarang punah berkat peningkatan perburuan dan permintaan cula badak yang tinggi.”
- Pyrenean Ibex
Pyrenean Ibex (Capra pyrenaica pyrenaica) adalah subspesies dari kambing liar Iberia yang punah pada 2000. Setelah ditemukan di Perancis, Spanyol dan Andorra Pyrenees populasinya sangat menipis karena diburu.
Pada 2009, ilmuwan mampu mengkloning Ibex Pyrenean perempuan menggunakan DNA dari sampel kulit yang diawetkan. Karena cacat paru-paru, Ibex mati tak lama setelah lahir.
- Merpati Penumpang
Merpati Penumpang (Ectopistes migratorius) mungkin spesies yang pernah menguasai sekitar 25 sampai 40 persen dari populasi burung di Amerika Serikat, menurut Smithsonian Institution. Sebanyak tiga sampai lima miliar burung ini masih hidup ketika orang-orang Eropa tiba.
Habitat asli burung ini adalah hutan besar di bagian timur Amerika Utara. Saat beberapa pendatang membuka lahan baru di hutan tersebut maka merpati ini beralih ke tempat yang baru untuk hidup.
Kawanan besar merpati sering menyebabkan kerusakan serius pada tanaman dan petani membalasnya dengan menembak burung-burung tersebut dan memakan dagingnya,” jelas Smithsonian.
Abad ke-19 perburuan luas dan perangkap burung mengakibatkan berkurangnya populasi mereka. Yang terakhir, merpati penumpang bernama “Martha”mati pada usia 29 tahun di Kebun Binatang Cincinnati pada 1914.
- The Quagga
The Quagga (Equus quagga ssp. Quagga) adalah subspesies dari zebra yang berasal dari Afrika Selatan. Dikenal dengan garisnya yang unik, Quagga diburu untuk kulitnya dan dibunuh oleh peternak yang percaya bahwa hewan tersebut selalu bersaing di daerah penggembalaan.
Quagga yang terakhir meninggal di Kebun Binatang Amsterdam pada tahun 1883.
- Singa Laut Karibia
Singa laut Karibia (Monachus tropicalis) terakhir dilihat pada awal 1950-an dan dinyatakan punah pada 2008 setelah lima tahun diteliti oleh National Oceanic dan Atmospheric Administration's National Marine Fisheries Service. Hewan ini telah diburu oleh penjelajah Eropa yang mulai tiba di akhir abad 15. Mereka kemudian dimanfaatkan untuk bulu, daging, minyak nelayan, dan pemburu paus. Pembangunan wilayah pesisir dan nelayan juga mempengaruhi habitat asli mereka di Laut Karibia dan Teluk Meksiko.
“Manusia meninggalkan populasi singa laut Karibia ini di alam liar ketika perburuan mereka tidak dilanjutkan kembali karena sudah terlalu banyak yang diburu,” kata ahli biologi NOAA pada 2008. “Sayangnya, hal ini menyebabkan kematian dan melabelkan mereka menjadi spesies yang punah akibat manusia.”
Masih ada beberapa hewan lagi yang punah akibat ulah manusia. Bersambung ke artikel berikutnya. (huffingtonpost.com)
Editor : Bayu Probo
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...