Sehari Boleh Gila 2016: Ekologi Zaman Edan
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hari Sabtu (16/4) di Studio Kalahan milik perupa Heri Dono di Dusun Patukan, Ambarketawang Kecamatan Gamping - Sleman digelar acara Sehari Boleh Gila 2016. Event seni unik ini sudah sejak 2007 digelar dengan melibatkan seniman lintas disiplin ilmu untuk menampilkan karya-karyanya seperti performance art, seni rupa, tari, pasar organik, fashion show, hingga pesta kostum.
Di tahun 2011 acara Sehari Boleh Gila diadakan di kampus Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Tahun kemarin diselenggarakan di kampung Kasongan, dan rencananya akan selalu berpindah-pindah tempat.
Lalu lalang seniman mengenakan kostum unik mulai yang berseragam anak sekolah, spiderman, kostum wayang orang, tidak kurang tokoh komik Si Buta dari Gua Hantu lengkap dengan Kliwon (monyet) pun ikut meramaikan acara.
"Tahun ini kita mengangkat tema Ekologi Zaman Edan. Tema tersebut mencoba membawa spirit berkesenian dengan tetap menjaga kesinambungan ekologi dan alam. Sesuai ide awal acara sendiri yang mencoba mencari energi baru serta tambahan wawasan lain, dengan cara bersenang-senang, bergembira silakan (kawan-kawan) datang dengan keterbukaan, datang dengan kostum mimpi-mimpi masa kecil. Silakan berproses (dengan itu semua)," kata Dwi Marianto, ketua Sehari Boleh Gila ditemui satuharapan.com sesaat sebelum acara dimulai.
Dalam sambutannya dia menghimbau untuk mengindahkan kesinambungan ekosistem dimulai dari lingkungan sekitar, dengan mulai mengurangi penggunaan penyedap masakan, mengurangi pengawet makanan, dan juga mengurangi penggunaan plastik pencemar lingkungan karena sangat lamanya terurai. Melalui event ini harapannya tumbuh pencerahan bersama.
Menyambung sambutan Dwi Marianto, Heri Dono perupa sekaligus pemilik Studio Kalahan menyoroti fenomena negeri agraris yang justru sebagian besar sarana produksi pertaniannya semisal benih malah dikuasai korporasi besar dari luar negeri. Sehingga untuk benih pun harus mengimpor, begitupun dengan hasil pertanian impor lainnya yang akhir-akhir ini membanjiri pasar Indonesia.
"Ketergantungan tersebut mengingatkan kita untuk menghormati alam semesta. Kita kaya dengan sumberdaya alam, dan dari sana kita (sesungguhnya) bisa belajar bersama (dari dan) tentang intelektualitas alam dimana kita adalah bagian di dalamnya," kata Heri Dono. Tema acara Ekologi Zaman Edan menurutnya adalah plesetan lebih jauh dari jangka (ramalan) Ronggowarsito.
Selain lapak kuliner-sayuran organik, dalam acara Sehari Boleh Gila beberapa lapak menawarkan produk olahan asli Indonesia semisal kopi dari berbagai daerah nusantara, wedang-wedangan (secang, jaritan, asem, pokak, kunir asem) dalam kemasan maupun langsung saji, serta pernik-pernik berbahan limbah semisal topi-tas dari karung goni.
Acara akan berlanggsung dari pukul 10.00-22.00 WIB. Hingga malam hari pengunjung akan disuguhi berbagai kejadian seni antara lain Musik Leo Kristi, workshop fermentasi oleh Tejo Spiderman, perform art perupa Nasirun, Untung Basuki, wayang ukur Ki Sukasman, di tiga tempat berdekatan yaitu stage Sor Lengkeng, basement Kalahan, serta podium utama di pelataran depan studio Kalahan.
Ada banyak kelucuan, kegembiraan yang mungkin bagi pengunjung dianggap kebablasan namun menjadi menarik, semisal saat dipanggil untuk perform di atas panggung, dalam jawaban melalui handphone "kita masih di Bantul". Gila kan?
Saat menjelang rehat siang di sela-sela persiapan workshop fermentasi, tiba-tiba seorang anggota Sysipus Suryodiningratan naik ke podium dan berkhidmat mengumandangkan adzan sholat Dluhur.
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...