Sejumlah Sekolah Ditutup Akibat Polusi Berat di Ibu Kota Iran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Para pejabat Teheran menutup beberapa sekolah pada Senin (14/11) karena polusi berat di musim dingin pertama melanda ibu kota Iran.
Kabut asap cokelat putih yang menyesakkan, turun di kota tersebut pada Minggu (13/11), menghalangi pemandangan pegunungan yang meliputi ujung utara dan menyebabkan sekitar 14 juta penduduknya tetap tinggal di dalam ruangan dan mengenakan masker di jalanan.
Tingkat partikel PM2,5 yang mematikan mencapai 156 pada Senin (14/11), tiga kali lipat lebih tinggi daripada tingkat yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
TK dan Sekolah Dasar ditutup pada Senin (14/11) di Tehran dan sebagian besar kota provinsi tersebut,” kata Departemen Pendidikan, berdasarkan kantor berita resmi Irna, seperti dikutip dari AFP
Warga disarankan untuk tidak meninggalkan ruangan kecuali benar-benar penting, dengan peringatan polusi tersebut sangat berbahaya bagi orang tua, wanita hamil, anak-anak dan mereka yang memiliki kondisi pernapasan buruk serta penyakit jantung. Ambulans dikerahkan untuk menunggu di daerah tersibuk dan paling terpapar polusi.
“Karena tidak ada yang melakukan apa-apa, setiap tahun masalah semakin memburuk. Pemerintah harus meningkatkan transportasi umum," kata mahasiswa sosiologi tahun pertama Zeynab Nazari, seperti dikutip dari dailymail.co.uk.
Setiap tahun, Teheran menderita beberapa polusi terburuk di dunia ketika suhu musim gugur yang dingin menyebabkan efek yang dikenal sebagai "suhu inversi".
Fenomena ini menciptakan lapisan udara hangat di atas kota, yang memerangkap polusi dari sekitar 10 juta mobil dan sepeda motor.
Peramal berharap, angin akan memindahkan udara stagnan, seorang pejabat mengatakan kepada televisi pemerintah.
Wali kota Teheran Mohammad Bagher Ghalibaf berupaya agar mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
Meskipun memiliki sekitar 100 stasiun, Ghalibaf mengatakan jaringan kereta api metro tidak cukup didanai oleh pemerintah pusat, hingga memaksa jutaan rakyat masih mengandalkan mobil.
Polusi telah menjadi polemik politik dalam beberapa tahun terakhir, dengan konservatif dan reformis saling menyalahkan atas masalah.
Garis keras menuduh reformis wakil presiden Massoumeh Ebtekar, yang mengepalai badan perlindungan lingkungan, tidak melakukan upaya yang cukup.
Ultra-konservatif harian Vatane Emrooz mengatakan, 70 persen kematian di Teheran terkait dengan polusi.
Pada tahun 2014, hampir 400 orang dirawat di rumah sakit dengan masalah jantung dan pernapasan yang disebabkan oleh polusi di Teheran. Hampir 1.500 orang lain diperlukan pengobatan.
Kementerian Kesehatan memperkirakan, bahwa polusi pada tahun 2012 berkontribusi pada kematian dini dari 4.500 orang di Teheran dan sekitar 80.000 di seluruh negeri.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...