Sekitar 1,3 Juta Warga Lampung Belum Bertoilet Sehat
Hari Toilet Sedunia 2018
LAMPUNG, SATUHARAPAN.COM - Tanggal 19 November diperingati sebagai Hari Toilet Sedunia. Tema pada hari toilet sedunia tahun 2018 yaitu "Solusi Sanitasi Berbasis Alam Menjadi Jawaban". Solusi ini memanfaatkan kekuatan ekosistem untuk membantu 'mengobati' kotoran manusia sebelum akhirnya dikembalikan ke lingkungan.
Tujuan kampenye ini yakni memastikan setiap orang memiliki toilet yang layak pada tahun 2030. Targetnya tercantum dalam poin enam Suistainable Development Goals (SDGs) tentang sanitasi dan air.
Pemerintah Indonesia telah mentargetkan pencapaian target 100 persen universal akses sanitasi pada tahun 2019. Sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Namun, fakta yang ada berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) masih ada 31 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses toilet sehat.
Provinsi Lampung dengan total penduduk 8,289 Juta jiwa (BPS 2017) baru 84,75 persen (Smart STBM) warganya yang mengakses sanitasi layak. Masih 1,3 juta jiwa lebih warga Lampung yang belum mengakses fasilitas toilet sehat dan layak, dan masih berprilaku buang air besar sembarangan (BABS).
Momentum hari Toilet Sedunia pada 19 November ini diperingati oleh Yayasan Konservasi Way Seputih bersama dengan Pemerintah Kabupaten Pringsewu melakukan upaya pemicuan kepada para generasi muda khususnya mahasiswa untuk peduli terhadap persoalan sanitasi di Provinsi Lampung, melalui acara Sanitataion Goes To Campus (STGC) di Kampus STMIK Pringsewu, Senin (19/11).
Acara Sanitataion Goes To Campus yang dihadiri sekitar 250 Mahasiswa dari perwakilan BEM dan UKM perguruan tinggi di Kabupaten Pringsewu dan Bandar Lampung baik swasta dan negeri bertemakan Mahasiwa Terus Berprestasi Mahasiswa Peduli Sanitasi. Selain itu jajaran OPD Kabupaten Pringsewu juga turut hadir pada peringatan hari toilet sedunia.
Wakil Bupati Pringsewu Dr. Hi. Fauzi dalam sambutanya mengajak seluruh generasi muda terutama para mahasiswa untuk turut serta peduli terhadap persoalan sanitasi.
“Kondisi sanitasi yang buruk telah menyebabkan angkan kematian balita yang cukup tingga karena diare. Prilaku BABS di sungai, kolam, pantai dan kebun membuat kondisi lingkungan mnejadi tidak sehat. Kondisi sanitasi yang buruk juga mengakibatkan terjadinya stunting atau gagal tumbuh balita. Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan untuk berprilaku hidup bersih dan sehat. Mahasiswa harus berperan aktif untuk pencapaian universal akses sanitasi, melaui inovasi dan kegiatan-kegiatan positif untuk sanitasi,” ungkap Fauzi.
Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Febrilia Ekawati selaku Keynote Speech pada acara STGC menyampaikan bahwa bahwa ada jutaan ton tinja warga Lampung yang mencemari lingkungan. Kondisi tersebut disebabkan karena prilaku BABS warga dan sanitasi yang belum sehat dan aman.
“Banyak yang beranggapan, bahwa dengan BAB di Jamban atau closed itu sudah sehat, padahal kotorannya tidak tertampung dalam saptik tank, dan masih ditemukan di beberapa wilayah Provinsi Lampung, kototan dialirkan ke sungai, siring dan kolam. Itu masih dalam kategori BABS. Untuk membangun jamban sebagian warga masih enggan, karena dianggap tidak penting, padahal sanitasi adalah kebutuhan dasar yang berkait erat dengan kesehatan,” tutur Febri.
Prilaku BABS warga Lampung masih banyak dilakukan di lahan terbuka seperti sungai, kolam, kebun dan pantai. Data Smart STBM juga menunjukan dari 15 kabupaten/kota Dari 15 kabupaten/kota akses sanitasi terendah terdapat di kabupaten Tulang Bawang Barat (55,11 persen), Mesuji (72,83 persen), Pesawaran (81,99 persen), dan Lampung Timur (82.03 persen). (PR)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...