Sekitar Dua Juta Orang Inggris Mengalami COVID-19 Jangka Panjang
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Diperkirakan dua juta orang di Inggris, yang mewakili sekitar tiga persen dari populasi, telah melaporkan mengalami apa yang disebut COVID-19 jangka panjang (long COVID-19), menurut statistik resmi pada hari Rabu (1/6).
Sekitar 1,4 juta dari mereka mengatakan mereka pertama kali memiliki COVID-19, atau diduga memiliki virus corona, setidaknya 12 pekan sebelumnya, menurut Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS).
Laporan itu juga menemukan 826.000 dari mereka pertama kali memiliki virus corona setidaknya setahun sebelumnya, sementara 376.000 mengatakan mereka pertama kali memilikinya setidaknya dua tahun sebelumnya.
Angka-angka ONS didasarkan pada laporan orang-orang sendiri yang menderita COVID-19 yang lama dari sampel perwakilan rumah tangga pribadi dalam empat pekan hingga 1 Mei.
Kelelahan adalah gejala yang paling umum, dialami oleh 55 persen dari mereka dengan COVID-19 lama yang dilaporkan sendiri, diikuti oleh sesak napas (32 persen), batuk (23 persen) dan nyeri otot (23 persen).
Proporsi terbesar adalah orang berusia 35 hingga 69 tahun, perempuan, mereka yang tinggal di daerah yang lebih miskin dan mereka yang bekerja dalam profesi tertentu seperti perawatan sosial, pengajaran dan pendidikan atau perawatan kesehatan, kata ONS.
Mereka yang memiliki kondisi kesehatan atau kecacatan lain yang membatasi aktivitas juga lebih umum di antara penderita COVID-19 jangka panjang, tambahnya.
Inggris, yang merupakan salah satu negara yang paling parah terkena dampak pandemi, telah melonggarkan semua pembatasan tahun ini, karena kasus dan penerimaan rumah sakit telah turun di tengah tingkat vaksinasi yang relatif tinggi.
Negara berpenduduk sekitar 67 juta orang itu telah mencatat hampir 18,8 juta kasus, dan hampir 178.000 kematian akibat virus tersebut, sejak menyerang lebih dari dua tahun lalu.
Penilaian ONS menemukan hampir sepertiga dari dua juta orang yang melaporkan gejala jangka panjang pertama kali memiliki COVID-19, atau diduga mereka memilikinya, selama gelombang varian Omicron yang dimulai akhir tahun lalu.
Jumlahnya mengikuti penelitian Inggris lainnya yang diterbitkan pada bulan April yang menunjukkan bahwa hanya sekitar seperempat orang yang benar-benar pulih dari COVID-19 setahun penuh setelah dirawat di rumah sakit karena penyakit tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Health and Care Research yang melibatkan lebih dari 2.300 orang, juga menemukan bahwa peremjpuan 33 persen lebih kecil kemungkinannya untuk pulih sepenuhnya dibandingkan pria. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...