Sekjen NATO Sayangkan Pelanggaran Gencatan Senjata Suriah
KUWAIT CITY, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyampaikan keprihatinan terkait laporan pelanggaran gencatan senjata selama tiga hari di Suriah pada hari Senin (29/2) dan mendesak semua pihak untuk menghormati perjanjian tersebut.
“Kami sudah melihat tanda-tanda menggembirakan bahwa gencatan senjata kemungkinan besar bertahan, namun pada saat yang sama kami menerima sejumlah laporan terkait pelanggaran,” ujar Stoltenberg dalam konferensi pers di Kuwait City.
“Tentu saja, itu memprihatinkan karena penting agar semua pihak menghormati perjanjian tersebut,” yang merupakan cara terbaik untuk memperbarui upaya untuk solusi politik atas konflik brutal yang telah berlangsung selama lima tahun itu, katanya.
Gencatan senjata itu diperantarai Moskow dan Washington serta berlaku pada hari Jumat dini hari. Perjanjian itu sudah memasuki hari ketiga dan kemungkinan besar bertahan pada hari Senin kendati kedua belah pihak saling menuding terkait pelanggaran.
Stoltenberg mengatakan NATO juga mengkhawatirkan peningkatan kekuatan militer Rusia di Suriah, tempat negara itu melancarkan serangan udara yang telah berlangsung selama lima bulan untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad.
“Kami mengkhawatirkan peningkatan kekuatan militer Rusia yang amati di Suriah,” apakah itu kekuatan militer atau udara, ujarnya.
Sekretaris jenderal NATO itu mengatakan serangan udara Rusia “sangat mengincar” kelompok pemberontak moderat ketimbang ISIS, yang diserang koalisi Amerika Serikat.
Dia mengatakan NATO tidak berencana mengirimkan pasukan darat ke Suriah sebagai bagian operasi melawan ISIS.
Jumlah Korban Tewas Turun Tajam
Jumlah korban tewas di beberapa wilayah di Suriah di luar kontrol ekstremis menurun tajam sejak gencatan senjata diberlakukan pada akhir pekan, kata sebuah kelompok pengamat pada hari Senin (29/2).
Sebanyak 20 orang tewas pada hari Sabtu, hari pertama gencatan senjata, di beberapa wilayah yang tidak dikuasai ISIS, kata Observatorium Suriah untuk HAM.
Itu adalah jumlah yang sama untuk korban yang tewas pada hari Minggu, kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman.
“Sebagai perbandingan, 144 orang tewas – 70 tentara, 36 warga sipil dan 38 pemberontak – pada Jumat, pada malam menjelang gencatan senjata,” kata Abdel Rahman kepada AFP.
Rata-rata jumlah korban tewas harian pada Februari adalah 120, tambahnya.
Gencatan senjata rumit tersebut tidak berlaku di beberapa wilayah yang dikuasai ISIS atau Al Qaeda, tempat serangan udara dan darat berlanjut. (AFP/Ant)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...