Sekjen PBB: Atasi Dampak Banjir, Pakistan Butuh Bantuan Keuangan Besar-besaran
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Sekjen PBB (Perserikatan Banga-bangsa), Antonio Guterres, pada hari Sabtu (10/9) mengunjungi beberapa daerah di Pakistan yang dilanda banjir, saat ia mengakhiri perjalanan dua hari yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bencana tersebut.
Rekor hujan monsun dan pencairan gletser di pegunungan utara telah memicu banjir yang telah menewaskan lebih dari 1.391 orang, menyapu rumah, jalan, rel kereta api, jembatan, ternak dan tanaman.
Sebagian besar wilayah negara itu terendam, dan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Pemerintah mengatakan kehidupan hampir 33 juta orang telah terganggu. Pakistan memperkirakan nilai kerusakannya mencapai US$30 miliar, dan baik pemerintah maupun Guterres menyalahkan banjir itu sebagai akibat dari perubahan iklim.
Sekjen PBB mendarat di Provinsi Sindh pada hari Sabtu, sebelum terbang di atas beberapa daerah yang terkena dampak paling parah dalam perjalanan ke Balochistan, provinsi lain yang terkena dampak parah.
“Sulit untuk tidak merasa sangat tersentuh mendengar deskripsi tragedi yang begitu mendetail,” kata Guterres setelah mendarat di Sindh, menurut sebuah video yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri Shehbaz Sharif.
“Pakistan membutuhkan dukungan keuangan besar-besaran. Ini bukan masalah kedermawanan, ini masalah keadilan.”
Sebuah video yang dirilis oleh Menteri Penerangan Marriyum Aurangzeb menunjukkan Guterres duduk di sebelah Sharif melihat daerah yang rusak akibat banjir dari jendela pesawat. “Tidak terbayangkan,” kata Guterres, mengamati kerusakan.
Pada bulan Juli dan Agustus, Pakistan mendapat curah hujan 391 mm (15,4 inci), atau hampir 190 persen lebih banyak dari rata-rata 30 tahun. Provinsi Sindh telah mengalami 466 persen lebih banyak hujan daripada rata-rata.
Guterres mengatakan pada hari Sabtu bahwa dunia perlu memahami dampak perubahan iklim di negara-negara berpenghasilan rendah. “Umat manusia telah mengobarkan perang terhadap alam dan alam menyerang balik,” katanya.
“Alam menyerang balik di Sindh, tetapi bukan Sindh yang membuat emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim secara dramatis,” kata Guterres. “Ada situasi yang sangat tidak adil dibandingkan dengan tingkat kehancuran.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Uji Coba Rudal Jarak Jauh Korea Utara Tanda Peningkatan Pote...
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Korea Utara menguji coba rudal balistik antar benua (ICBM) untuk pertama kali...