Sekolah Anak Pemulung Bekasi Punya Laboratorium Komputer
BEKASI, SATUHARAPAN.COM - Korea Environment Corporation-Pax Global Group membangun laboratorium komputer di sekolah untuk anak pemulung, yakni Sekolah Alam Tunas Mulia, Sumur Batu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat untuk membentuk karakter anak agar paham dengan teknologi.
Peresmian sekaligus serah terima laboratorium dilakukan di Bekasi, Selasa (23/6), oleh Presiden K-eco Pax Global Michael Sou Myung Ryul, Direktur K-eco Pax Effendi Go, serta perwakilan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Direktur Korea Environment Corporation-Pax Global Group Efendi Go mengatakan ada dua ruang dalam satu bangunan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar praktik dan teori komputer.
"Ini bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kami dan sudah diwacanakan sejak tahun lalu, namun karena ada beberapa kendala seperti hujan hingga menyebabkan banjir dan bencana COVID-19, saat ini baru kita selesaikan," katanya.
Sekolah Alam Tunas Mulia merupakan lembaga pendidikan khusus anak-anak pemulung di Bantar Gebang, Kota Bekasi.
Bantuan berupa bangunan dan fasilitas laboratorium komputer itu merupakan bentuk dukungan pihaknya sebagai mitra kerja Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk kemajuan pendidikan di kawasan tersebut.
Effendi menjelaskan nilai bantuan itu sebesar Rp550 juta. Bangunan laboratorium bercat hijau itu kini sudah resmi dapat digunakan untuk siswa belajar komputer.
"Kita lengkapi juga dengan jaringan internet, 10 unit komputer dan juga CCTV. Program kami memang ingin mendukung anak-anak pemulung karena K-eco Pax Global sendiri bergerak di bidang lingkungan," katanya.
Dia berharap bantuan fasilitas ini dapat memberikan manfaat hingga siswa sekolah alam yang didominasi anak-anak pemulung itu dapat memiliki wawasan luas mengenai teknologi.
"Harapan kami dari generasi sekolah anak-anak di sini bisa mengenal teknologi bagaimana mereka bisa mengoperasikan komputer, harapan kami mereka bisa tumbuh," katanya.
Sekolah Alam Tunas Mulia terdiri atas tiga jenjang pendidikan mulai dari PAUD, SD, dan SMP. Saat ini terdapat kurang lebih 250 siswa yang tengah mengenyam pendidikan di sekolah tersebut.
Pengelola sekaligus pendiri yayasan Nadam mengatakan konsep sekolah alam yang dibangun merupakan sekolah informal.
Ia menjelaskan sââââââSiswa PAUD belajar setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, pagi hingga siang hari. Sementara untuk tingkat SD dan SMP belajar tiap Senin, Rabu, dan Jumat mulai pukul 13.00 WIB.
"Kita memang tidak setiap hari, karena masih ada beberapa siswa yang membantu orang tuanya bekerja sebagai pemulung, sekolah ini sekolah informal, mereka untuk ujian akhirnya akan ikut ujian kesetaraan," demikian Nadam. (Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...