Sekolah di Jakbar Diminta Sediakan Sarana Ramah Anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar), Uus Kuswanto meminta sekolah di wilayah tersebut menyediakan sarana dan prasarana ramah terhadap anak atau murid untuk menghindari kecelakaan di sekolah.
Pernyataan tersebut disampaikan terkait kecelakaan yang menyebabkan tewasnya seorang pelajar SMPN 132 di Cengkareng, Jakarta Barat, akibat terjatuh dari jendela yang jebol pada lantai empat gedung sekolah.
"Ya paling enggak, kemarin kan sudah disampaikan sebagai bahan pembelajaran buat jenjang pendidikan secara keseluruhannya," ungkap Uus saat ditemui di Kantor Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar) pada Selasa (17/10).
Uus meminta agar perbaikan sarana dan prasarana sekolah yang rusak tidak menunggu rehabilitasi total. "Masalah sarana-perasarana yang ramah terhadap anak-anak di sekolah," katanya.
Dia meminta jendela di sekolah yang jebol menjadi perhatian serius agar segera diperbaiki tanpa menunggu rehabilitasi total. "Ya mungkin gedung sekolah kayak kemarin kan masih ada (jendela) yang bolong," katanya.
Uus berharap agar kejadian di sekolah di Cengkareng tersebut tidak terulang kembali di waktu mendatang.
"Kalau memang ada kekurangan sedikit, jangan menunggu rehab, itu kan rutin, kan ada jendela yang beberapa kacanya bolong, pecah sehingga ada pelajar yang menerobos," kata Uus.
Pihak sekolah pasti memahami kondisi sekolahnya sehingga setiap masalah harus segera dituntaskan. "Kalau memang ada kekurangan, kerusakan, segera diperbaiki," katanya.
Dia mengatakan, internal di sekolah masih bisa memperbaikinya. "Saya yakin sekolah-sekolah lebih tahu, lebih paham hal-hal kecil untuk dituntaskan," kata Uus.
Selain itu, Uus juga meminta agar pengawasan murid terutama saat jam-jam tertentu ditingkatkan. "Itu kemarin Pak Kapolres menyarankan kepada Kasudin Pendidikan untuk benar-benar mengawasi anak-anak didik pada saat jam-jam istirahat, jam-jam lengah," katanya.
Pengawasan tersebut terutama dari kepala sekolah dan guru-guru. "Terutama para guru, kepala sekolah agar berhati-hati mengawasi anak didik, terlebih anak-anak yang masih usia dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sampai Sekolah Dasar," ungkap Uus.
Menurut Uus, anak-anak pada usia tersebut masih dalam masa pencarian jati diri sehingga pengawasan mesti lebih ditingkatkan.
"Itu kan anak-anak masih mencari jati diri sehingga pada saat istirahat maupun pulang sekolah benar-benar pengawasan di sekolah harus ekstra hati-hati," katanya.
Ia mengimbau kepada seluruh tenaga dan lembaga pendidikan dasar hingga menengah untuk menjadikan peristiwa tewasnya seorang pelajar SMPN 132 di Cengkareng beberapa waktu lalu sebagai pembelajaran.
"Kecelakaan kemarin menjadi pembelajaran bagi seluruh dunia pendidikan bahwa pengawasan menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk mengawasi aktivitas anak-anak," katanya.
Pengawasan harus dilakukan saat proses belajar-mengajar maupun ketika istirahat di sekolah serta pada saat pulang ke rumah," kata Uus.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...