Sekolompok Muslim Protes Konser Musik Coldplay Yang Akan Digelar di Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Puluhan Muslim melakukan unjuk rasa di ibu kota Indonesia, Jakarta, pada hari Jumat (10/11), menyerukan pembatalan konser kelompok musik Coldplay mendatang karena dukungan band asal Inggris tersebut terhadap komunitas LGBTQ+.
Coldplay terkenal karena memadukan nilai-nilainya dengan acaranya, seperti dorongan band terhadap kelestarian lingkungan. Penyanyi utama, Chris Martin, dikenal memakai warna pelangi dan mengibarkan bendera kebanggaan gay selama pertunjukan.
Bagian Asia dari “Music Of The Spheres World Tour” Coldplay mencakup konser pada 15 November di stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Lebih dari 70.000 tiket telah terjual dalam waktu kurang dari dua jam ketika penjualan dibuka pada bulan Mei.
Jakarta adalah salah satu pusat streaming band terbaik dengan 1,6 juta penggemar di kota tersebut.
Kritikus mengatakan pertunjukan Coldplay bersifat sugestif, dan bahwa dukungan band tersebut terhadap komunitas LGBTQ+ mengancam akan melemahkan moral Indonesia dan merusak generasi mudanya.
Hampir 100 orang demonstran, banyak yang memegang spanduk dan tanda, memenuhi jalan raya utama di Jakarta setelah salat Jumat.
Para pengunjuk rasa, yang diorganisir oleh kelompok Islam Alumni Persaudaraan 212, yang namanya mengacu pada protes massal pada 2 Desember 2016 terhadap politisi Kristen yang terpolarisasi Basuki Tjahaja Purnama, meneriakkan “Tuhan Maha Besar” dan “Kami menolak Coldplay” saat mereka berbaris menuju gedung Kedutaan Besar Inggris di Jakarta yang dijaga ketat.
“Kami di sini demi menjaga generasi muda kita di negeri ini dari upaya-upaya yang dapat merusak generasi muda,” kata Hery Susanto, seorang pengunjuk rasa dari kota Bandung, Jawa Barat. “Sebagai umat Islam Indonesia, kita harus menolak konser Coldplay.”
Novel Bamukmin, seorang koordinator protes, memberikan pidato yang mengkritik pemerintah karena mengizinkan band tersebut mengadakan konser di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia. Dia mengatakan jika konser tidak dibatalkan, ribuan pengunjuk rasa akan menghadang band tersebut dalam perjalanan dari bandara.
“Coldplay telah lama menjadi pendukung kuat LGBT dan penyanyi utamanya adalah seorang ateis,” kata Bamukmin sambil berdiri di atas truk, “Kita harus menolak kampanye mereka, konser mereka di sini.”
Martin mengatakan bahwa dia adalah seorang “Alltheist,” sebuah istilah yang menggambarkan keyakinan spiritual luas yang tidak berasal dari agama tertentu.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, meyakinkan para penggemar Coldplay bahwa tidak akan ada gangguan pada konser tersebut.
“Kami akan memastikan tidak ada ancaman yang datang dari kelompok mana pun,” Uno mengatakan pada bulan Mei, seraya menambahkan bahwa ia akan menjelaskan kepada siapa pun yang mencoba menghentikan pertunjukan tersebut bahwa konser tersebut akan membantu merevitalisasi perekonomian negara, yang telah menderita sejak pandemi virus corona.
Majelis Ulama Indonesia, sebuah lembaga Islam, meminta promotor acara tersebut, PK Entertainment, untuk memastikan tidak akan ada aksi atau pesan bertema LGBTQ selama konser hari Rabu.
PK Entertainment yang didirikan pada tahun 2015 berhasil mendatangkan sejumlah musisi kelas dunia seperti Ed Sheeran, Shawn Mendes, The Backstreet Boys, hingga Justin Bieber ke Indonesia. Perusahaan dan salah satu pendirinya, Peter Harjani, belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Di situs web dan platform media sosialnya, perusahaan tersebut pada hari Jumat memposting informasi yang biasa untuk para penggemar Coldplay, seperti cara mendapatkan tiket elektronik sebelum konser.
Meskipun Indonesia merupakan negara sekuler dan memiliki sejarah toleransi beragama yang panjang, kelompok kecil ekstremis menjadi lebih vokal dalam beberapa tahun terakhir.
Lady Gaga membatalkan pertunjukannya yang tiketnya terjual habis di Indonesia pada tahun 2012 karena masalah keamanan setelah kelompok Muslim garis keras mengancam akan melakukan kekerasan jika bintang pop itu tetap melanjutkan konsernya “Born This Way Ball”.
Band pop rock asal Inggris, The 1975, membatalkan pertunjukannya di Jakarta dan Taipei setelah pemerintah Malaysia menghentikan festival musik setelah vokalis band tersebut mengecam undang-undang anti gay di negara tersebut dan mencium rekan band prianya selama penampilan mereka. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Hamas: Syarat Baru Israel Menunda Kesepakatan Gencatan Senja...
JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Kelompok Hamas menuduh Israel pada hari Rabu (25/12) memberlakukan "...