Selama Pandemi COVID-19 Perdagangan Manusia Menurun
SATUHARAPAN.COM – Selama Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan pertama dalam jumlah korban perdagangan manusia yang diketahui dalam 20 tahun terakhir, karena peluang perdagangan manusia, tetapi perang di Ukraina sekarang mungkin telah menyebabkan lonjakan baru, kata sebuah laporan PBB pada hari Selasa (24/1).
Jumlah korban perdagangan orang yang terdeteksi turun 11% pada tahun 2020, tahun terakhir di mana data tersedia di sebagian besar negara, kata Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dalam Laporan Global ketujuh tentang Perdagangan Orang.
“Pada tahun 2020, untuk pertama kalinya, jumlah korban yang terdeteksi secara global menurun,” kata UNODC dalam ringkasan laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa penurunan terbesar dilaporkan terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya di Amerika Selatan dan Tengah, tetapi juga sub-Sahara Afrika, Asia Timur, dan kawasan Pasifik.
“Perubahan tren ini dapat disebabkan oleh tiga faktor berbeda yang memengaruhi terutama negara berpenghasilan rendah dan menengah selama pandemi: kapasitas kelembagaan yang lebih rendah untuk mendeteksi korban, lebih sedikit peluang bagi pelaku perdagangan untuk beroperasi karena pembatasan pencegahan COVID-19, dan beberapa perdagangan manusia berpindah ke lokasi yang lebih tersembunyi dan kecil kemungkinannya untuk terdeteksi,” katanya.
Data awal untuk 2021 dari hanya 20 negara menunjukkan penurunan lebih lanjut pada 2021 di beberapa bagian Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan Karibia, katanya.
Perdagangan manusia untuk eksploitasi seksual mengalami penurunan paling tajam sebesar 24%. Untuk pertama kalinya sejak UNODC mulai mengumpulkan data, mendeteksi perdagangan manusia dalam kategori ini karena persentase keseluruhannya kira-kira sama dengan perdagangan manusia untuk kerja paksa, masing-masing sekitar 39%, kata laporan itu.
“Eksploitasi seksual mungkin telah berkurang karena (terkait pandemi) penutupan ruang publik dan mungkin juga didorong ke lokasi yang kurang terlihat dan kurang aman, membuat bentuk perdagangan ini lebih tersembunyi dan lebih sulit dideteksi,” kata UNODC.
Konflik cenderung meningkatkan perdagangan dan perang di Ukraina tidak mungkin menjadi pengecualian, tambahnya.
“Darurat pengungsi di Ukraina meningkatkan risiko perdagangan bagi pengungsi Ukraina. Konflik tahun 2014 di Ukraina melipatgandakan jumlah korban Ukraina yang terdeteksi di Eropa Barat pada 2016,” katanya, mengacu pada pencaplokan Krimea oleh Rusia. Ia mengharapkan jumlah korban perdagangan yang lebih besar setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, tambahnya. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...