Selamat Tinggal, El Nino. Selamat Datang, La Nina
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - El Nino yang dashyat tahun ini, dan disebut Godzilla oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) atau Badan Antariksa Amerika, sudah mati. Fenomena iklim ini memanaskan Bumi, tapi tidak sampai mengakhiri musim kering di California yang sudah terjadi selama empat tahun.
Dalam berita bulanan terbarunya hari Kamis (9/6), Badan Kelautan dan Atmosferik Nasional (NOAA) mengatakan El Nino telah berakhir, 15 bulan setelah muncul di bulan Maret 2015. El Nino adalah pemanasan alami bagian-bagian di Pasifik tengah yang mengubah cuaca di seluruh dunia.
Wakil Direktur Pusat Perkiraan Iklim NOAA, Mike Halpert, mengatakan El Nino memicu kekeringan di wilayah-wilayah Afrika dan India dan memainkan peranan dalam musim topan di Pasifik, yang mencapai rekor.
El Nino, juga menambah pemanasan akibat ulah manusia, di saat Bumi telah mengalami rekor 12 bulan yang panas selama berturut-turut, dan kemungkinan besar akan menghadapi tahun panas kedua yang mencapai rekor.
Halpert mengatakan, El Nino ini akan tercatat sebagai tiga yang paling kuat, bersama dengan tahun 1997-1998 dan 1982-1983.
Di wilayah-wilayah Pasifik tengah, suhu laut bahkan lebih panas, dan menyebabkan lebih banyak bahaya dibandingkan tahun 1997-98, serta meninggalkan luka "yang tertoreh dalam geografi, dan tampilan terumbu karang global selama berpuluh tahun yang akan datang," kata ilmuwan iklim dan ahli terumbu karang dari Georgia Tech, Kim Cobb.
"El Nino ini, telah menyebabkan beberapa pemutihan dan kematian karang terburuk, yang pernah kami lihat," kata koordinator pengawas terumbu karang NOAA Mark Eakin.
Beberapa pihak di California, berharap kekeringan di daerah itu akan terhapus oleh El Nino, yang umumnya membawa lebih banyak hujan ke California dan daerah Selatan. Tapi bahkan sejak awal, NOAA telah memperingatkan, bahwa defisit hujan terlalu besar untuk diperbaiki El Nino. Dan meski ada hujan, itu tidak cukup, menurut Halpert.
Bumi sekarang, ada dalam bagian netral dari siklus alami El Nino, yang termasuk sisi dinginnya, La Nina. Tapi jangan berharap itu akan berakhir. NOAA memperkirakan ada kemungkinan 50 persen La Nina pada akhir musim panas, dan 75 persen pada akhir musim gugur.
La Nina, umumnya membawa lebih banyak topan ke Atlantik daripada Pasifik, tapi tidak memiliki dampak besar pada suhu musim panas, atau hujan di Amerika Serikat. Ini sering kali membawa kondisi-kondisi yang lebih kering dari kondisi normal di barat daya AS, dan kondisi-kondisi lebih basah di Pasifik barat laut.
Pada musim dingin, La Nina sering kali membawa banyak hujan ke daerah-daerah di Australia dan Indonesia, dan suhu-suhu lebih dingin di daerah-daerah Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Kanada.
Cobb mengatakan, pekerjaannya telah menemukan beberapa bukti, meski tidak cukup untuk sampai konklusif, bahwa pemanasan global akibat ulah manusia menyebabkan El Nino yang lebih besar lebih sering terjadi.
Suhu-suhu global akibat El Nino yang baru berakhir adalah sekitar 0,45 derajat celsius lebih hangat dibandingkan El Nino 1998, menurut NOAA. (voaindonesia)
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...