Semangat Natal di Lebanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM – Di tengah gejolak Timur Tengah dan upaya penindasan terhadap umat Kristiani di negara-negara sekitarnya, gairah Natal tetap terasa di Lebanon seperti gemerlap lampu, pohon terang yang penuh dengan hiasan bahkan miniatur palung tempat Yesus dilahirkan pun menjadi pemandangan yang biasa di kota itu.
“Kemana pun Anda pergi, Anda akan melihat banyak dekorasi Natal. Bahkan di kota-kota di mana mayoritas warganya beragama Islam,” kata Pastor Gereja Maronit, Joseph Soueid kepada Catholic News Service, hari Rabu (21/12).
“Saya merasa di Lebanon, kami merasakan kasih karunia yang benar-benar menyatakan bahwa Yesus adalah alasan mengapa suasana Natal ini begitu meriah,” kata pastor yang melayani di Gereja St. Takla Parish, yang memiliki 6.850 jemaat. Gereja yang hanya memiliki daya tampung 280 orang, setiap minggunya selalu kebanjiran jemaat yang selalu setia menghadiri misa pada hari Minggu dan telah melahirkan 24 jenis lapangan pekerjaan dalam delapan tahun terakhir.
Miniatur palungan itu berada di dekat pintu masuk gereja yang hanya berjarak beberapa langkah dari jalanan sibuk kota itu.
Pastor Soueid mencatat bahwa karena kebanyakan kotamadya di Lebanon adalah campuran antara Kristen dan Muslim, pengaruh kekristenan di kota tersebut membuat orang-orang Lebanon merasakan “sukacita Natal”.
Orang-orang Muslim juga ada yang bersekolah di sekolah Kristen di Lebanon. “Jadi, nilai yang ditanamkan oleh sekolah itu akan selalu mengikuti mereka ketika mereka beranjak dewasa, mereka akrab dengan tradisi kami seperti cara kami merayakan hari besar yaitu Natal dan Paskah,” kata dia.
Kemegahan suasana Natal tidak hanya soal pesta di Lebanon, tapi juga kesaksian umat Kristiani, kata dia.
“Terkadang, Anda bisa merasakan semangat Natal oleh paduan suara yang keluar dari gereja selama musim ini ke tempat publik untuk bernyanyi memuji kemuliaan Yesus,” kata dia.
“Itulah mengapa saya sadar di Lebanon, kita tidak punya masalah besar untuk memberitakan kabar baik melalui media, televisi, majalah, di mana pun,” kata dia. “Kita bisa membagikan keimanan kita secara terbuka tanpa takut dengan orang lain. Itu karena mereka menerima kita.”
Di City Mall, sebuah pusat perbelanjaan di Lebanon, hiasan bintang berukuran besar, gemerlap lampu pohon Natal dan hiasan bunga menghiasi gedung tiga tingkat itu. Selain itu ada juga miniatur yang menggambarkan Lebanon di masa lalu yaitu seorang perempuan yang membawa kendi dekat sumur, gembala dengan dombanya dan orang-orang berkumpul di alun-alun.
Miniatur kelahiran Yesus juga ditampilkan disitu. Berlindung di dalam gua, Maria dan Yusuf dengan penuh kasih menatap Raja segala raja yang baru lahir, lengannya terentang, terbaring di palungan sederhana diterangi cahaya bulan yang lembut. Beberapa hewan ternak mengelilingi keluarga kudus itu. Di luar gua, orang Majus telah datang untuk memberikan penghormatan kepada bayi Yesus.
Pengunjung pusat perbelanjaan itu –orang Kristen maupun Muslim- banyak yang menghentikan langkahnya untuk melihat miniatur tersebut dari dekat dan mengambil fotonya. Ada pula anak kecil yang minta untuk digendong agar bisa melihat lebih jelas miniatur bayi Yesus yang tidur di dalam palungan tersebut.
Itulah yang dilakukan bocah perempuan berusia 5 tahun bernama Angelina Youssef yang berjalan di depan ibunya yang sedang membawa Roy (1) dengan kereta dorongnya.
“Ini menakjubkan,” kata ibu Angelina mengomentari display palungan. “Anak-anak menyukainya. Kami datang setiap tahun untuk melihatnya. Display ini memberikan kami semangat Natal.”
Sambil menatap miniatur palungan itu, Samar Youssef, jemaat gereja Maronit Katolik dari Beirut mengatakan: “Semuanya berkilauan. Natal adalah momen untuk memperingati kelahiran Yesus, jadi kita harus mengingat ini sebelum ingat hal-hal lainnya seperti pohon dan hadiah. Yesus adalah sukacita Natal yang sesungguhnya.”
Grace Abou Tayeh tersenyum ketika melihat putranya yang berumur 1 tahun, Joe, yang terkagum melihat miniatur tersebut.
“Saya suka ketika putra saya memandang Yesus di dalam palungan itu jadi dia tak lupa apa artinya liburan Natal,” kata dia kepada CNS.
Suaminya, Charbel Abou Tayeh, yang juga seorang Katolik, menunjukkan daya tarik Natal bagi agama lain.
“Kelahiran Yesus adalah untuk semua orang, tak peduli apa pun agamanya apakah itu Kristen atau Islam. Dia lahir untuk semua orang, jadi kita harus membagi kebahagiaan Natal di sini, di Lebanon,” kata Charbel.
“Dan saya melihat semangat itu, bahkan semua teman Muslim saya mempunyai pohon Natal dan beberapa dari mereka memiliki patung bayi Yesus di rumah mereka,” kata dia dan menyebutnya sebagai keunikan budaya di negara itu. “Dengan 18 aliran agama yang ada di Lebanon, kami (orang Kristen) masih masih bertahan di sini,” kata dia.
Di Beirut Sassine Square, ada sebuah palungan terletak di samping pohon Natal berbentuk kerucut. Maria dan Yusuf bersama seorang malaikat yang berdiri di antara mereka melihat kotak kosong yang diisi dengan jerami.
Ketika melihat miniatur itu George Abdul Malak, seorang Yunani Ortodoks dari Beirut mengatakan kepada CNS, “Ini adalah bagian dari kebudayaan kami, bahkan di rumah-rumah di Lebanon menempatkan kotak kosong di dekat pohon.”
Dia menambahkan banyak orang menunggu hingga hari Natal tiba untuk meletakkan bayi Yesus di kotak tersebut. “Mungkin secara umum kita tidak memiliki kebiasaan itu, kita lebih akrab dengan pohon Natal,” kata Abdul. Tapi di Lebanon, kotak kosong ini merupakan bentuk dari kebebasan berekspresi.
Karim Al Younis, seorang Muslim Syiah mengunjungi Lebanon dari Basra, Irak. Dia kemudian menghentikan langkahnya untuk melihat palungan. Dia mengatakan: “Apa yang bisa Anda lihat di sini yaitu perdamaian, cinta dan keluarga?” (catholicnews.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...