Sembilan Belas Negara Ramaikan Festival Film di UMM
MALANG, SATUHARAPAN.COM – Rangkaian kegiatan Youth Peace International Film Festival (YPIFF) ditutup dengan pertunjukan lintas-budaya dan penayangan film-film perdamaian dari berbagai negara di dunia. Bertempat di Helipad Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (4/12) malam, penutupan YPIFF menjadi panggung terbuka yang berhasil memikat ratusan penonton, dari dalam maupun luar negeri.
YPIFF, merupakan festival film perdamaian internasional hasil kerja sama International Relation Office (IRO) UMM dan Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO).
Festival ini turut menggandeng sejumlah negara untuk terlibat, di antaranya yaitu Selandia Baru, Prancis, Polandia, Italia, Amerika, Thailand, Repulik Cek, Australia, Meksiko, Tibet, Inggris, India, Jerman, Rusia, Tiongkok, Maroko, Serbia, dan Belgia.
Presiden YPIFF, Pipin Ramadhani Thahir, mengatakan festival ini memang diniatkan untuk membangun opini publik, baik regional maupun internasional, bahwa harmoni dan perdamaian bisa dipromosikan melalui media film.
Pipin memisalkan film The Way of Tea, yang mengisahkan tradisi minum teh bersama, sebagai medium yang dapat menghilangkan prasangka dan stereotipe antara imigran Muslim dan pribumi di Prancis.
Sebelumnya, rangkaian kegiatan YPIFF yang berlangsung dua hari, Kamis-Jumat (4-5/12) menghadirkan seminar internasional serta workshop manajemen produksi dan penulisan skenario bersama sejumlah tokoh lintas-negara seperti acting director Jawaharlal Nehru Indian Cultural Centre (JNICC) Rohit Babbar, direktur Russian Center for Science and Culture (RCSC) Vitaly Glinkin, serta sutradara film How The World Teaches Happiness to People dan film Tok Tok Tok, Agung Yudha.
Asisten Rektor UMM Bidang Kerja Sama Luar Negeri, Soeparto, berharap YPIFF bisa diadakan setiap tahun, mengingat kegiatan ini merupakan perhelatan festival film bertaraf internasional pertama yang diadakan di Malang.
“Terima kasih untuk perwakilan dari berbagai negara serta pengunjung yang sudah hadir. Insya Allah YPIFF akan terus terselenggara setiap tahun,” kata Soeparto saat menutup secara resmi ini.
Kegiatan penutupan, menyajikan penampilan khas budaya serta pemutaran film dari berbagai negara, di antaranya yaitu Tari Kathak khas India persembahan JNICC, Tari Kipas khas Tiongkok oleh Confucius Institute, dan permainan angklung dari Kampung Cempluk, Tari Nginang dari Komunitas Sansekerta, serta penampilan dari Paduan Suara Gita Surya UMM, yang belum lama ini meraih tiga emas pada dua kejuaraan internasional di Italia.
Di sela-sela pertunjukan budaya, ditayangkan lima film perdamaian terbaik pilihan festival (official selection) yaitu Last Children dari Amerika, The Way of Tea dari Prancis, Power dari India dan Jerman, 05.55 dari Indonesia, dan I am Sami dari Inggris.
Film-film yang diputar tersebut, diakui Twinkle Basu, salah seorang pengunjung dari India, mengandung nilai-nilai kebudayaan yang sangat khas dari masing-masing negara, dan dipandang mampu menumbuhkan jiwa perdamaian.
“Movie is a good medium in spreading peace,” kata Twinkle. (umm.ac.id)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...