Seminar Hari Burung Migrasi Sedunia Digelar di UI
DEPOK, SATUHARAPAN.COM – Kelompok pengamat burung dari berbagai organisasi menggelar seminar Hari Burung Migrasi Sedunia atau World Migratory Bird Day di gedung Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia, hari Sabtu (7/5).
Seminar bertajuk “Stop The Illegal Killing Taking and Trade of Migration Birds” dihadiri para narasumber yang peduli terhadap perkembangan perdagangan liar dan nasib burung-burung migrasi yang singgah di Indonesia.
“Perkembangan teknologi internet melalui sosial media menjadi salah satu pemicu berkembangnya perdagangan satwa liar di Indonesia. Sosial media seperti Facebook, Twitter, Whatsapp dan lain sebagainya dimanfaatkan sebagian oknum yang ingin menjual satwa yang dilindungi,” kata Gunawan dari Yayasan Konservasi Elang Indonesia saat mempresentasikan hasil temuanya.
Gunawan menambahkan, berdasarkan data tahun 2015, setidaknya ada sekitar 2.471 dari 21 jenis burung pemangsa atau raptor seperti elang yang ditawarkan melalui sosial media untuk perdagangkan secara ilegal. Harga yang ditawarkan variatif, mulai dari Rp 150 ribu sampai dengan Rp 4 juta dan peredaran yang paling terbesar itu ada di sekitar wilayah Jawa Barat.
Selain Gunawan, narasumber Yus Rusila Noor dari lembaga Wetland Internasional – Indonesia Program, Nurul Laksmi Winarni dari Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia, dan Dwi Adhiasto dari Wildlife Crime Unit Wildlife Conservation Society Programme juga dihadirkan untuk menyampaikan pandangannya terkait dengan perdagangan satwa liar, khususnya di Indonesia.
Perdagangan ilegal satwa sampai saat ini semakin marak dilakukan di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Keberadaan berbagai jenis satwa, termasuk burung saat ini turun drastis seiring pertambahan jumlah satwa yang diperdagangkan. Aktivitas penangkapan, perburuan, serta perdagangan ilegal dinilai merugikan, baik dari segi lingkungan maupun kekayaan keragaman hayati di suatu wilayah.
Hari Migrasi Burung Sedunia merupakan agenda rutin berupa kampanye untuk meningkatkan kesadaran secara global dengan tujuan memberikan perlindungan burung migran dan habitatnya. Kegiatan ini berlangsung setiap bulan Mei pada minggu kedua yang dimulai sejak tahun 2006 oleh African-Eurasian Migratory Waterbird Agreement (AEWA) yang bekerjasama dengan Convention of Migratory Species of Wild Animals (CMS).
Seminar sehari yang digelar di Universitas Indonesia ini berlangsung sejak pukul 08.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB yang digagas oleh para kelompok pemerhati burung di Jakarta diantaranya Burung Nusantara, Kelompok Pengamat Burung Nyticorax Universitas Negeri Jakarta, KSHL Comata Universitas Indonesia, Kelompok Pengamat Burung Nectarinia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, BBC Ardea Universitas Nasional.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...