Sempat Bebas, Perempuan Kristen Iran Dijebloskan Kembali ke Tahanan
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM – Perempuan Kristen Iran, Maryam Naghash Zargaran yang sempat menghirup udara bebas, kembali masuk terali besi di penjara Evin, Teheran, Iran karena pihak berwenang menolak memperpanjang cuti tahanan.
Seperti diberitakan Christian Times, hari Senin (4/7), Zargaran kembali dijebloskan ke penjara untuk menyelesaikan hukuman yang dia terima.
Salah satu kerabat Zargaran pergi ke otoritas berwenang pada hari Minggu (3/7) untuk meminta pembebasan sementara baginya, tapi pihak berwenang di penjara menolak.
Menurut situs berita Iran, Mohabat News yang dikutip kembali Christian Times menjelaskan pihak penjara berencana menambah hukuman bila Zargaran mengajukan perpanjangan cuti tahanan.
Pihak penjara membebaskan sementara Zargaran yang sedang sakit pada 6 Juni 2016, namun pihak berwenang pada 19 Juni mengeluarkan surat penahanan kembali terhadap Zargaran, sehingga pada 27 Juni dia kembali masuk penjara.
Menurut keterangan kerabat, Zargaran sakit karena melakukan mogok makan selama 11 hari karena pemerintah menolak izin berobat.
Salah satu kerabat mengatakan Zargaran memiliki beberapa penyakit antara lain jantung, selain itu Zargaran mengeluhkan mati rasa di tangan dan kaki serta nyeri pada sendi dan tulang belakang. Selama di dalam tahanan, Zargaran berada pada kondisi depresi.
“Berat badannya (Zargaran, Red) turun 25 kilogram dan masalah kesehatannya semakin memburuk. Pihak berwenang tidak khawatir atas kesehatan Zargaran,” kata salah satu kerabat Zargaran.
Dalam catatan Mohabat News, Zargaran pernah mengalami perlakuan serupa pada Oktober 2015, kala itu dia diizinkan untuk menerima perawatan beberapa hari di luar penjara, tetapi terpaksa kembali sebelum selesai.
Beberapa waktu lalu, pendeta dari rumah pelayanan, Saeed Ministries, Saeed Abedini menjelaskan Zargaran butuh perawatan karena kondisi kesehatannya memburuk.
“Walau saat ini diizinkan berobat, namun ada kemungkinan mereka (pihak keluarga, Red) membawanya kembali ke penjara,” tulis Pastor Saeed Abedini di akun Facebook, hari Selasa (7/6).
Zargaran Dipenjara
Zargaran – menurut Mohabat News – ditangkap pada Desember 2012, menurut keterangan pengadilan kala itu, perempuan berusia 40 tahun itu dengan tuduhan melakukan penistaan rezim Islam, dan melakukan persekongkolan yang membahayakan keamanan nasional.
Setelah ditangkap pada Desember 2012, dia ditahan di kantor intelijen, kemudian pada 6 Januari 2013, dia menjadi tahanan sementara selama tiga hari.
Setelah dilakukan interogasi awal, ia dipindahkan ke penjara Evin dan kasusnya dikirim ke Pengadilan Revolusioner hingga divonis empat tahun penjara.
Abedini mengingat saat mendirikan rumah pelayanan, Saeed Ministries, seperti diberitakan Christian Today beberapa waktu lalu, dalam ingatan Abedini, Zargaran adalah salah satu perempuan yang membantu pembangunan rumah pelayanan tersebut, bahkan sebelum Abedini menjadi seorang pendeta.
Abedini, yang juga sempat menjalani vonis penjara sebelum bebas pada Januari 2016, mengenang saat menjalani masa tahanan di Teheran.
Abedini menyebut beberapa pendeta yang melayani dia di penjara merasa ketakutan, namun Zargaran adalah satu-satunya gembala rohani yang tidak takut untuk memberi konseling pastoral dan psikologis di penjara Evin.
Abedini mengingat Zargaran pernah mengirimnya surat yang mengatakan Zargaran tidak termotivasi hidup karena pemimpin Saeed Ministries berada dalam terali besi.
Penganiayaan Terhadap Umat Kristiani
Sejak tahun 2015 – menurut situs berita Kristiani, godsreport.com – lebih dari 150 orang Kristen telah ditahan oleh pihak berwenang Iran. Banyak yang di penjara, ada yang dibebaskan bersyarat, namun banyak juga yang menunggu hukuman atau tengah mengajukan banding.
Beberapa waktu lalu, salah satu anggota dari organisasi internasional yang pembela hak-hak Kristiani di Timur Tengah (Middle East Concern), Rob Duncan mengamati terjadinya peningkatan ketakutan pada pemeluk Kristiani karena terintimidasi oleh pemerintah di negara-negara Timur Tengah.
“Dari pengamatan kami terjadi banyak penggerebekan di gereja dan rumah peribadatan,” kata Duncan. (christiantimes.com/godreports.com/mohabatnews.com/christianpost.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...