Semua Milik Allah
Dan ketika kita memberi dalam konteks sembah kepada Allah, maka mukjizat pun terjadi.
SATUHARAPAN.COM – ”Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ’Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan’” (Mat. 14:16). Demikianlah tanggapan Yesus Orang Nazaret atas usul para murid-Nya. Usul para murid sebenarnya bukan sembarang usul. Usul itu lahir dari kepedulian terhadap keberadaan orang banyak itu. Penulis Injil Matius mencatat: ”Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: ’Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa’” (Mat. 14:15).
Jelas bahwa para murid tidak memikirkan diri mereka sendiri. Mereka ingin berbuat sesuatu. Bisa jadi mereka pun ingin berbagi. Tak heran dengan cepat mereka berkata bahwa yang ada pada mereka hanyalah lima roti dan dua ikan. Sejatinya, jika itu dimakan bersama akan habis dengan cepat. Mereka tahu kondisi mereka—mau, tetapi tak mampu. Dan karena peduli, mereka memberikan usul yang cukup logis—sebelum malam sungguh tiba, dan warung-warung mulai tutup, maka massa itu dibubarkan saja agar mereka bisa mendapatkan makanan.
Bukankah ini pula kenyataan hidup manusia? Ada kerinduan, sekaligus ada keterbatasan. Dan keterbatasan itulah yang membuat manusia akhirnya mengurungkan niat baik itu. Tampaknya, kita, para murid abad XXI, pun mesti hati-hati dengan pengetahuan, juga logika kita. Apa yang mau diberi jika untuk diri kita saja kurang. Dan sesungguhnya ini bukanlah sikap dan tindakan orang-orang yang mau belajar hidup dalam Kerajaan Allah.
Ya, inilah panggilan bagi setiap orang yang mau belajar hidup dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah bukanlah sekadar tempat atau wilayah. Kerajaan Allah lebih merupakan sikap batin dan tindakan yang mengakui hanya ada satu Raja—yaitu Allah—dan semua yang lainnya hamba. Itu berarti juga semua yang ada dalam kerajaan itu adalah milik Allah semata.
Mungkin di sinilah letak persoalan para murid: ”Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan” (Mat. 14:17). Dalam konsep Kerajaan Allah, lima roti dan dua ikan itu pun sejatinya milik Allah. Mereka hanyalah orang-orang yang dititipi lima roti dan dua ikan itu. Dan benar, ketika mereka rela mempersembahkan apa yang sejatinya merupakan milik Allah itu, mukjizat pun terjadi.
Pada titik ini agaknya kita pun perlu belajar bahwa semua pemberian kita adalah milik Allah semata. Dan ketika kita memberi dalam konteks sembah kepada Allah, maka mukjizat pun terjadi.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...