Seniman AS Pamerkan Lukisan Pesona Bumi Pertiwi di Bali
BADUNG, SATUHARAPAN.COM - Seorang seniman asal Amerika Serikat bernama Yaari Rom menggelar pameran lukisan yang memperlihatkan pesona bumi pertiwi di Bali.
Pria berusia 61 tahun itu memilih Bali sebagai tempat berkarya, karena kecintaannya terhadap Pulau Dewata, tempatnya menciptakan karya seni sejak tahun 2003.
"Mengapa saya melakukan pameran ini, karena kecintaan terhadap Indonesia, sejarah dan peninggalan sejak Majapahit yang dari dulu saya pelajari," kata Yaari di Kuta, Bali, Senin (4/7).
Pameran lukisan hasil karya Yaari bertema "The Art of Mother Earth”, akan berlangsung dari tanggal 6 hingga 24 Juli 2022, yang sekaligus diselenggarakan seminar dan lokakarya.
Dalam karyanya, ia mengambil peran untuk planet kita bersama, berangkat dari berbagai masalah lingkungan saat ini, serta didorong oleh niat positif yang kuat. Tekad untuk melindungi bumi lewat karya seni sebagai bentuk perlawanan pada ketidakpedulian orang, sekaligus merefleksikan kebiasaan buruk di bidang lingkungan serta perilaku sosial.
Yaari mengaku dengan penggunaan tema yang mudah dipahami dengan karya visual yang unik, ia mengajak penikmat lukisan untuk membebaskan diri dalam pemikiran, kreasi, dan kembali kepada alam untuk memberikan inspirasi dan meningkatkan kesadaran untuk melindungi Bali, baik tanah maupun lautan lewat pesona ibu pertiwi dalam goresan warna.
"Saya tidak melihat segala perubahan yang negatif tentang Bali, tapi dari sisi positif, karena yang saya nilai bagaimana orang Bali selalu membuka diri dan membuka tangan dengan keramahtamahan tanpa terganggu," kata Yaari kepada media.
Hal tersebut yang membuat ia enggan kembali ke Amerika, sebab selama 20 tahun bersama manajer utamanya Ni Made Toya, mereka menikmati tiap proses tersebut untuk menciptakan karya.
Toya menyebut hingga kini jumlah karya Yaari tak terhitung, dengan harga penjualan yang menembus ratusan juta. Hal tersebut diperoleh dari keberaniannya dalam membuat lukisan tanpa takut untuk tidak laku di pasaran.
Ni Made Toya yang merupakan pebisnis asli Bali mengaku senang sejak awal mengenal seniman multitalenta bernama Yaari Rom, yang ia kenal memiliki kebiasaan disiplin dan fokus.
"Tidak ada kendala bekerja dengan Yaari, kalau dulu orang kita (seniman lokal) saya sampai paksa untuk berani memilih warna, dulu saya bikin percobaan dan selama 10 tahun seniman lokal baru ada perubahan," kata Ni Made Toya selaku Ekslusif Manajer.
Toya menjelaskan bahwa pada pameran retrospektif ini, jiwa dari sebuah karya bertransformasi, beragam ekspresi karya. "Karya ini merupakan gerakan untuk merayakan kesadaran kita, semua makhluk di muka bumi, untuk bersama-sama menciptakan perjalanan, tanggung jawab pada ibu pertiwi lewat inspirasi visual," ujarnya.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...