Sentuh Kesadaran dengan Judul Buku
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Memasuki tahun 2020, wartawan dan penulis biografi Emanuel Dapa Loka mengentak dengan buku baru berjudul “Takdir Manusia Kerja Bukan Korupsi.” Buku ini merupakan antologi atas 50 buah tulisan pendeknya tentang berbagai hal yang tersebar di berbagai media.
Penerbitan 50 buah tulisan ini sekaligus sebagai salah satu cara mensyukuri ulang tahunnya yang ke-50.
Eman, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa dirinya hendak mengingatkan panggilan setiap manusia adalah bekerja dan berpeluh sebab melalui aktivitas bekerjalah manusia menunjukkan dirinya sebagai makhluk bermartabat.
“Tindakan korupsi adalah cara keji manusia merendahkan martabatnya sendiri. Ya, karena manusia tidak dipanggil untuk menjadi koruptor, tapi jadi pekerja,” ungkap Pria asal Sumba, NTT itu kepada satuharapan.com, di Jakarta, hari Kamis (6/2).
Eman menilai korupsi saat ini sangat mengkhawatirkan dan bikin geram. “Bagaimana tidak marah? Para koruptor itu benar-benar tak punya perasaan. Sudah lihat sesamanya makan saja susah, atau mati karena tak bisa berobat, anak-anak tak bisa sekolah, mereka tanpa ampun memakai segitu banyak uang untuk dirinya sendiri secara tidak masuk akal,” kata Pria yang gemar membaca puisi ini.
“Coba lihat, kok ada anggaran untuk beli lem sampai 87 miliar. Tindakan semacam ini kan membunuh sangat banyak orang, menjerembabkan mimpi anak-anak, menelantarkan imajinasi remaja akan masa depan yang indah dan sebagainya,” tambahnya.
Karena itu, walau tidak seluruh tulisannya menyoal korupsi, ia berani menjuduli bukunya "Takdir Manusia Kerja Bukan Korupsi."
”Setidaknya dengan membaca judulnya, orang tersentil dan mengingatkan dirinya untuk tidak korupsi,” kata penulis buku Orang-orang Hebat; Dari Mata Kaki ke Mata Hati ini.
Isi Buku “Takdir Manusia Kerja Bukan Korupsi”
Pada bab satu, Eman menurunkan lima tulisan yang menyerempet ikhwal korupsi, termasuk tulisan yang kemudian menjadi judul buku ini. Empat tulisan yang lain adalah Imajinasi adalah Sayap, Agar Manusia Tidak jadi Kera, Habitus Non Facit Monachum dan Hidupkan Imajinasimu.
Dengan judul-judul tersebut, ia ingin menyentuh kesadaran manusia untuk sejenak berimajinasi atau membayangkan nasib orang lain jika tindakan korupsi itu dilakukan secara brutal. Betapa banyak anak yang putus sekolah, mengalami gizi buruk, tidur di atas debu jalanan dan sebagainya.
Eman juga mengutip petinju Muhammad Ali yang mengatakan ‘The man who has no imaginations, has no wings’. Di sini, para koruptor menurutnya telah merampok imajinasi anak-anak yang semestinya membawa mereka terbang ke mana-mana untuk merajut masa depan.
Ia juga mengingatkan manusia untuk tetap menempatkan diri sebagai manusia yang bisa berpikir, memiliki nurani (dan iman). Sebab tanpa pikiran dan nurani, sambil menyitir Buya Hamka, manusia akan tak ubahnya kera atau babi yang juga bekerja.
Pada tulisan Habitus Non facit Monachum, ayah satu anak ini mengingatkan bahwa pakaian dan penampilan yang serba rapi dan wangi, tidak menjamin seseorang tidak korupsi. Jubah tidak pernah membuat seseorang menjadi orang suci atau rahib.
“Sekadar pin pada jas, dan jas pada badan, itu sama sekali bukan alasan untuk menjadikan seseorang terhormat,” tulisnya menyindir para anggota legislatif yang dalam berbagai tindakan dan kerjanya jauh dari harapan.
Yang menarik, aktivitasnya sebagai seorang wartawan ia anggap sebagai kesempatan leluasa untuk rekreasi intelektual dan rohani atau batin sekaligus. Sebab dengan menjadi wartawan, katanya, ia bisa berselancar kian ke mari untuk menyerap pesan atau guratan harapan dari antara masyarakat untuk kemudian dia formulasikan dan sajikan kepada masyarakat sebagai “santapan bernutrisi” sekaligus referensi bagi pengambil keputusan.
“Inilah indahnya menjadi wartawan, walau hanya wartawan kecil-kecilan,” ungkapnya seraya tersenyum.
Buku “Takdir Manusia Kerja Bukan Korupsi” karya Emanuel Dapa Loka dapat dimiliki dengan menghubungi 081213750410 (Suryani).
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...