Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 18:51 WIB | Sabtu, 01 Maret 2014

Seorang Ayah Menjadi Imam Katolik Timur

Di sebelah kiri, Wissam Akiki yang sudah menikah melayani puterinya, Perla, memberikan komuni setelah ditahbiskan di Katedral Santo Raymondus. (Foto: Associated Pres)

SAINT LOUIS AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Wissam Akiki, seorang ayah dari Saint Louis, ditahbiskan menjadi seorang imam Katolik Maronit. Sakramen imamat ini diterima setelah menerima pengecualian khusus dari Paus Fransiskus.

Gereja Katolik Timur mentahbiskan laki-laki yang menikah selama berabad-abad. Tetapi ini pertama kalinya dalam beberapa dasawarsa bahwa praktek itu disetujui kembali di Amerika Serikat.

Untuk pertama kalinya dalam hampir satu abad, seorang imam menikah ditahbiskan Gereja Katolik Maronit di Amerika Serikat seperti diberitakan pada Jum’at (28/2). Istri dan putrinya pun mendukungnya.

Wissam Akiki disambut ratusan pendukungnya dalam upacara Kamis (27/2) malam di Katedral Maronit Santo Raymondus di Saint Louis. Dia menyebut itu sebagai hari bersejarah dan mengatakan dia telah diberi dua berkat besar. Pernikahan dengan istrinya selama 10 tahun, Manal, dan mimpi untuk melayani Tuhan sebagai ungkapan terimakasihnya dan hidup menggereja sebagai seorang imam.

Maronit merupakan salah satu kelompok gereja Katolik Timur di Amerika Serikat yang menerima kuasa Paus namun memiliki banyak ritual dan liturgi mereka sendiri.

Gereja Katolik Timur di Timur Tengah dan Eropa menahbiskan laki-laki yang sudah menikah. Tetapi Vatikan melarang praktek itu di Amerika Serikat pada 1920, setelah para uskup ritus Latin mengeluh itu membingungkan umat.

Paus Yohanes Paulus II menyerukan penerimaan tradisi Katolik Timur yang lebih besar. Selama bertahun-tahun Paus membuat pengecualian kasus per kasus laki-laki menikah menjadi imam Katolik Timur di Amerika Serikat. Paus Fransiskus memberi izin Akiki ditahbiskan.

"Hampir setengah para imam kami di Lebanon sudah menikah, jadi itu peristiwa biasa dalam kehidupan gereja Maronit, meskipun di Amerika Serikat," kata Diakon Louis Peters, penanggungjawab di Santo Raymondus.

Sakramen imamat menampilkan beberapa uskup ritus Maronit. Banyak anggota umat Santo Raymondus adalah keturunan Lebanon. Banyak doa, himne, dan bacaan dalam bahasa Arab.

"Hal ini tentunya bukan merupakan indikasi otomatis yang memandatkan selibat dalam ritus Roma akan terbalik," kata Randy Rosenberg, seorang profesor studi teologi di Universitas Saint Louis.

Akiki, 41 tahun, beremigrasi dari Lebanon pada 2002. Dia segera menjadi subdiakon di Santo Raymondus. Menjadi Diakon pada 2009. Sejak satu setengah tahun lalu dia dan gerejanya mengajukan petisi ke Vatikan untuk memungkinkannya memasuki imamat.

Peters mengatakan bahwa dalam Sinode Patriarki Maronit terbaru, gereja menegaskan kembali posisinya mendukung kemungkinan imam yang menikah kembali sebagai tradisi di seluruh dunia yang sudah berabad-abad.

Akiki menyelesaikan studi di seminari Universitas Roh Kudus di Lebanon, Seminari Maronit Bunda Maria Lebanon di Washington DC , dan Institut Teologi Aquinas di Saint Louis.

Dia dan istrinya memiliki seorang putri, Perla yang berusia 8 tahun. Dia membaca doa singkat untuk pentahbisan ayahnya.

Dalam sebuah pernyataan, Keuskupan Agung Saint Louis memberi ucapan selamat ke Akiki.

"Keuskupan Agung Saint Louis menghargai hubungan kuat dengan masyarakat Maronit di Saint Louis," bunyi pernyataan yang dibacakan dalam bagian itu.  (The Associated Press/nydailynews.com)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home