Sepasang Muslim Malaysia Dicemooh karena Bersahabat dengan Anjing
MALAYSIA, SATUHARAPAN.COM - Di negara di mana umat Islam membenci anjing karena alasan agama, sepasang suami istri Muslim di Kedah Malaysia nekat melawan keyakinan tersebut demi menyelamatkan dan merawat anjing-anjing liar.
Dari bangun tidur ke tempat tidur lagi, pasangan yang dikenal sebagai Pak Mie dan Mak Intan mengabdikan hampir setiap waktu mereka untuk merawat sekitar 800 ekor anjing yang mereka kumpulkan di penampungan Pak Mie di Tanjung Bendahara.
Meskipun berat, pasangan ini tidak memiliki pekerja dalam menjalankan penampungan hewan darurat miliknya. Hanya seorang cucu dan seorang pembantu yang membantu mereka.
"Kami telah melakukan ini selama lebih dari 20 tahun. Kerja ini memang susah dan bukanlah dari jam sembilan pagi hingga lima petang. Kita tidak pernah tutup atau pulang ke rumah dan goyang kaki sambil menonton TV. Kita korbankan tidur dan makan.
"Tapi kita teruskan juga atas dasar belas kasihan. Perasaan ini sangat penting walaupun untuk anjing liar," kata Pak Mie atau Muhammad Azmi Ismail kepada The Malaysian Insider.
Karena bekerja dengan anjing liar, isterinya Mak Intan, 56 tahun atau Halijah Idris telah banyak menerima kecaman serta kritikan dari banyak orang yang tidak dapat menerima hubungan dekatnya dengan anjing-anjing itu.
Pak Mie, mantan kontraktor mengatakan, adik-adiknya sendiri tidak tahan dengan dia karena banyak menghabiskan uang untuk makanan anjing, sesuatu yang tidak memberi hasil atau faedah.
"Orang-orang telah mengatakan segala macam hal. Mereka mengatakan saya dan istri saya akan menderita sampai kita mati karena kami memelihara anjing.
"Jadi saya berhenti menjadi kontraktor dan Mak Intan mengambil pensiunnya 23 tahun yang lalu karena kami ingin melihat seberapa jauh kata-kata mereka akan menjadi kenyataan. Kami menahan diri untuk meminta tolong pada saudara-saudara kami untuk membantu. Nasib baik, semuanya berjalan lancar," kata Pak Mie menjelaskan juga jika istrinya sekarang berusia 66 tahun dan pensiunan tentara.
Awalnya, mereka tidak memiliki uang yang cukup untuk memberi makanan untuk anjing dan merawat yang sakit. Mereka menyewa sebuah tempat untuk merawat anjing sebelum akhirnya membangun penampungan darurat mereka sendiri.
"Untuk makanan, Mak Intan dan saya bisa makan roti. Untuk anjing, kami membutuhkan lebih banyak. Jadi aku pergi ke sebuah warung nasi ayam China dan berbicara dengan pemiliknya, yang setuju untuk membiarkan saya memiliki semua nasi sisa dan daging setiap hari. Ada juga yang memberikan sarden kalengan kedaluwarsa untuk kami." Tapi warung Melayu akan membuang sisa makanan ke tempat sampah daripada membiarkan aku memilikinya.
"Sampai hari ini, saya masih mencoba untuk mencari tahu mengapa beberapa orang Melayu melihat anjing dengan penghinaan seperti itu, seolah-olah mereka lebih buruk dari setan," katanya.
Pak Mie mengatakan banyak orang, termasuk dari dewan agama negara, sudah menemuinya tentang aktivitasnya dengan anjing tapi dia tidak pernah putus asa.
"Saya memberi mereka satu pertanyaan. Tunjukkan di mana dalam hadis mengatakan menyentuh, memberi makan dan memberi obat untuk anjing dan bahkan berbagi tempat tidur dengan anjing adalah dosa. Jika betul berdosa, tunjukkan hadis itu.
"Tuhan memberi kita pikiran untuk berpikir untuk diri kita sendiri apa yang benar dan salah. Dalam banyak ciptaan Tuhan, Dia telah menyebut anjing beberapa kali. Bukan unta, kambing atau binatang lain," katanya mengacu pada referensi dalam Al-Quran untuk anjing, termasuk salah satu yang memungkinkan orang percaya untuk mengkonsumsi daging hewan yang dibunuh oleh anjing pemburu.
"Jika seekor anjing kelaparan melihat anda ketika anda makan, apakah anda melempar batu itu atau apakah anda memberikan beberapa makanan? Ingat kita diberi pikiran untuk berpikir."
Terlepas dari pelanggaran, pasangan ini juga menghadapi tuduhan dan fitnah dari beberapa orang yang mempertanyakan cara mereka menjalankan penampungan dan menuduhnya mengantongi sumbangan yang dia terima dari simpatisan.
Dia mengatakan beberapa orang telah mengklaim bahwa ia mendapat RM280,000 (sekitar 1 miliar rupiah) per bulan dari donor internasional dan dia "berterima kasih" bahwa orang-orang mengira ia kaya.
"Saya seorang jutawan sekarang ini. Mengapa aku masih harus melakukan ini jika saya sekarang kaya? Aku bisa saja membayar orang lain untuk merawat anjing.
"Mak Intan dan saya bisa pergi pada hari libur. Ini adalah salah satu alasan kenapa saya tidak pernah ingin publisitas untuk tempat penampungan ini. Orang-orang akan mulai berbicara.
"Ketika kami mulai, kami mencoba untuk diam karena sepasang suami isteri beragama Islam menyelamatkan dan mengadopsi anjing bisa menjadi masalah. Saya tidak pernah memberikan wawancara kepada media sampai tahun lalu ketika dewan lokal ingin menyita anjing-anjing saya," katanya, menambahkan bahwa ia berharap para pengkritiknya mengajukan laporan ke polisi terhadap dirinya sehingga mereka dapat membuka rekeningnya untuk penyelidikan.
Dia mengatakan dibutuhkan antara RM40,000 dan RM50,000 (sekitar 180 juta rupiah) sebulan untuk menjalankan penampungan yang tidak memiliki air dan listrik memadai, karena saat ini bergantung dari donasi yang datang dalam bentuk uang tunai, makanan dan obat-obatan.
Ada juga akun Facebook bernama Rumah Perlindungan Hewan Pak Mie Neraka dan ada juga blog-blog yang mengutuk aktivitas Pak Mie.
Pak Mie mengatakan ada yang melihat tempat penampungan ini dan langsung mengkritik sebelum mencoba memahami kesulitan dan komitmen yang dibutuhkan untuk menjalankan tempat ini.
"Beberapa telah mengajukan keluhan ke departemen hewan. Petugas departemen datang ke sini untuk memeriksa tempat penampungan, mendengar penjelasan saya lalu mereka pergi dengan tenang.
"Namun pengkritik saya tetap tidak puas dan membawa aduan ke pemerintah pusat tetapi kita tetap teguh di sini.
"Lebih mudah untuk berkata-kata daripada benar-benar melakukannya. Mereka harus mencoba menyelamatkan anjing-anjing ini sendiri, dirikan rumah perlindungan yang lebih bagus.
"Tunjukkan contoh yang baik dan saya akan mengikuti. Ini akan lebih baik jika orang lain juga mulai menyelamatkan hewan-hewan."
Beberapa bulan lalu, Pak Mie, Mak Intan serta anjing-anjing itu telah disuruh pindah oleh Dewan kota karena tanah yang mereka tempati selama ini untuk penampungan anjing adalah tanah milik kerajaan dan akan digunakan.
Namun Pak Mie dilarang memindahkan anjing-anjingnya ke satu kampung di Kuala Nerang 37 km dari tempat semula, di mana dia baru membeli tanah untuk membuka rumah perlindungan baru.
Dia telah mengeluarkan uang sebanyak RM300,000 yang sebagian adalah uang dari donatur.
"Tanah di Kuala Nerang adalah tempat yang baik karena tidak dekat perumahan tetapi beberapa penduduk desa mulai keberatan.
"Saya meminta mahasiswa kedokteran hewan untuk melakukan operasi memandulkan 10 anjing saya di sana. Para penduduk desa datang, melihat apa yang terjadi, dan mengajukan keluhan.
"Kami telah merencanakan untuk pindah dari sana pada bulan September, tapi sekarang aku harus menjual tanah itu. Saya tidak boleh meneruskan projek ini untuk menghindari masalah yang lebih besar dan tekanan dari penduduk setempat. Tempat itu sudah tidak aman untuk anjing-anjing saya lagi," katanya sedih.
Melalui bantuan Gooi Hsiao Leung anggota parlemen setempat, mereka menerima penangguhan hingga akhir bulan ini.
Pemerintah akhirnya memberikan izin untuk Pak Mie untuk tetap di sekitar Tanjung Bendahara dengan syarat bahwa ia membangun tempat yang lebih sesuai untuk hewan.
"Aku sedang diarahkan untuk membuat sebuah tempat penampungan yang layak dengan tangki septik sehingga kotoran anjing tidak akan mengalir ke sungai, dan juga lantai semen.
"Saya tidak tahu bagaimana dan kapan kami akan menyelesaikan pembangunan tempat penampungan baru. Kita hanya bisa membangun sedikit demi sedikit ketika kita punya uang," kata dia.
Pak Mie, yang menyebut dirinya "ayah" ketika ia berbicara kepada anjingnya, mengatakan ia dan istrinya hanya ingin diizinkan untuk merawat hewan yang mereka selamatkan dari jalan-jalan dalam damai, dan bahwa ia akan menghadapi bahkan meriam jika ada yang mencoba untuk mengambil piaraannya.
"Mereka berharga bagi kami dan kami telah membuat banyak pengorbanan. Mak Intan bahkan mengambil waktu untuk belajar dari dokter hewan bagaimana mengobati untuk penyakit ringan dan luka. Dia tidak pulang ke rumah untuk tidur jika dia harus merawat anjing yang sakit."
Pak Mie mengatakan ia berharap pihak berwenang akan menemukan solusi yang lebih baik untuk mengendalikan populasi liar daripada menangkap anjing dan membunuhnya.
"Meletakkan anjing untuk tidur adalah lebih berperikemanusiaan daripada membunuh anjing liar yang bisa dimandulkan.
"Jika pihak kerajaan tidak mau membelanjakan sesen pun untuk membina rumah perlindungan, maka mereka haruslah berfikir untuk mencari jalan untuk tidak membunuh anjing-anjing yang tidak bersalah itu."
Pak Mie mengatakan ia dan Mak Intan akan terus menjaga anjing dan merawat mereka sampai mereka mati, meski usia merka nanti sudah lanjut.
"Kami sedang melatih cucu kami Alif Affandi untuk mengambil alih dari kami. Saya telah mengatakan kepadanya bahwa jika dia tidak melakukannya dengan baik, ia tidak menghormati kami berdua."
Pak Mie hanya ingin menyelamatkan anjing-anjing liar, dia tidak bersedia memelihara anjing milik orang lain.
"Masih banyak lagi anjing-anjing di luar sana yang harus diselamatkan dan diberikan perlindungan. Itu cara yang paling baik untuk membantu." (themalaysianinsider.com)
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...