Seperti Apa Aktifitas Gelombang Otak Menjelang Kematian?
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sebuah lonjakan aktifitas gelombang listrik dalam otak adalah kunci dari pengalaman hidup yang digambarkan oleh korban mati suri. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus sekarat menemukan tingkat tinggi dari gelombang otak pada titik menjelang kematian hewan.
Penelitian ini diterbitkan dalam Proceeding of the National Academy of Sciences.
Ketua penulis penelitian, Dr. Jimo Borjigin dari University of Michigan, mengatakan: “Banyak orang berpikir bahwa otak setelah kematian secara klinis tidak aktif (hypoactive), setidaknya aktifitas kurang dari keadaan sadar. Akan tetapi kami membuktikan yang sebenarnya tidak seperti itu. Sebaliknya, jauh lebih aktif selama proses sekarat daripada keadaan sadar.”
Mereka melihat cahaya putih terang bagai sensasi keluar tubuh dan perasaan hidup berkedip di depan mata mereka, sebagaimana pengalaman yang dilaporkan oleh orang-orang yang pernah mendekati kematian tapi selamat. Pengalaman tersebut sama pada orang di seluruh dunia.
Penelitian Pada Tikus Sekarat
Untuk mengetahui lebih lanjut, para ilmuwan di University of Michigan memantau sembilan tikus yang sedang sekarat.
Pada periode 30 detik setelah jantung hewan berhenti berdetak, para peneliti mengukur gelombang otak dan menemukan peningkatan tajam frekuensi tinggi (overdrive) dari gelombang otak yang disebut osilasi gamma.
Pada tikus, gelombang listrik tersebut ditemukan dengan tingkat yang lebih tinggi setelah serangan jantung daripada ketika hewan itu masih sadar penuh.
“Hal ini bisa memberikan kerangka untuk menjelaskan. Fakta bahwa mereka melihat cahaya mungkin menunjukkan korteks visual di otak sangat aktif. Dan kami memiliki bukti untuk menyatakan hal ini mungkin terjadi, karena kami telah melihat peningkatan gelombang gamma di area otak tepat di atas korteks visual,” katanya.
Waktu Kematian yang Tidak Pernah Diketahui
Kesulitannya adalah bahwa kita tidak tahu kapan waktunya, pengalaman mendekati kematian tersebut benar-benar terjadi. Mungkin itu sebelum pasien diberi anestesi, atau bisa terjadi pada beberapa titik aman selama operasi, dan juga sebelum serangan jantung terjadi.
Dr Chris Chambers, dari Cardiff University, mengatakan “Masih sangat sedikit yang kita ketahui tentang aktivitas otak selama kematian, apalagi aktivitas otak sadar. Temuan ini membuka pintu untuk studi lebih lanjut pada manusia.”
“Tapi kita harus sangat berhati-hati sebelum menarik kesimpulan tentang pengalaman mendekati kematian manusia. Hal ini karena yang kita teliti baru mengukur aktifitas otak pada tikus selama serangan jantung, dan cukup ada hubungannya terhadap pengalaman pada manusia.” (bbc.co.uk)
Editor : Sabar Subekti
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...