Sepp Blatter Mundur Karena Ingin Lindungi FIFA
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Presiden FIFA, Sepp Blatter menyatakan pengunduran dirinya karena ingin melindungi badan organisasi sepak bola dunia itu.
"Saya mengundurkan diri karena ingin melindungi FIFA. Saya cukup kuat," kata Blatter seperti dikutip BBC, hari selasa (25/8).
Sementara itu, terkait kasus yang menimpanya, Blatter mengaku 'dirinya bersih' di tengah penyelidikan korupsi yang sedang berlangsung dalam organisasinya.
"Saya tahu yang sudah saya lakukan dan apa yang tak saya lakukan. Saya punya kesadaran dan saya orang yang jujur. Saya bersih," katanya.
Blatter, yang sudah menjabat posisi itu sejak tahun 1998 akan turun pada bulan Februari tahun 2016 saat FIFA sedang diselidiki oleh kepolisian Amerika Serikat dan Swiss untuk tuduhan pemerasan yang dilakukan secara sistematis.
Pria berumur 79 tahun ini terpilih untuk kelima kalinya bulan Mei lalu, tapi tidak lama sesudah itu ia mengundurkan diri.
Blatter mengatakan lembaga FIFA sendiri tidak korup, sekalipun beberapa individu di dalamnya mungkin saja, dan ia bersikeras tidak bertanggungjawab untuk hal itu.
Ia menolak berkomentar ketika dikatakan bahwa ia menutup mata terhadap perilaku beberapa anggota Komite Eksekutif FIFA, dengan menyatakan bahwa ia "harus" bekerja dengan perwakilan yang telah dipilih oleh konfederasi sepakbola regional.
Proses lelang tuan rumah Piala Dunia tahun 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar sedang menjadi bahan penyelidikan di Amerika Serikat dan Swiss.
Ada spekulasi, apabila tuduhan terbukti, bahwa kedua negara itu tidak akan lagi berhak menjadi penyelenggara turnamen sepakbola terbesar di dunia itu, dan akan diselenggarakan pemilihan ulang.
Tidak Adil
Sebelumnya, pengacara asal Swiss Francois Carrard yang ditunjuk FIFA untuk memimpin komite reformasi badan sepak bola dunia itu mengatakan bahwa Presiden FIFA Sepp Blatter telah diperlakukan secara tidak adil.
"Ada hal yang tidak adil pada cara dia diperlakukan. Saya mengatakan ini dalam kapasitas yang benar-benar independen," kata Carrard dalam wawancara yang disiarkan koran Le Matin Dimanche, hari Minggu (23/8).
Carrard ditunjuk FIFA pada 11 Agustus 2015 untuk mengetuai Komite Reformasi FIFA setelah skandal korupsi meledak Mei lalu ketika tujuh pejabat sepak bola ditangkap di sebuah hotal di Zurich menjelang Kongres FIFA.
"Dia dipermalukan. Dia memang melakukan kekeliruan, namun dia juga telah memberikan sumbangan-sumbangan positif, orang ini telah diperlakukan tidak adil,” Carrard menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...