Sepuluh Negara Dengan Peringkat Pekerja Anak-anak Terbanyak
INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Dimanakah dunia ketika anak-anak yang seharusnya bermain dan menorehkan kenangan indah pada masa kecilnya harus berjuang dengan bekerja di tempat yang kotor, berbahaya, kehilangan pendidikan dan hak-hak dasar lainnya demi mencukupi kebutuhan keluarganya?
Sebuah laporan analisis oleh perusahaan Maplecroft mendata 197 negara dan mengidentifikasi beberapa negara seperti Eritrea, Somalia, Republik Demokratik Kongo, Myanmar, Sudan, Afghanistan, Pakistan, Zimbabwe dan Yaman sebagai 10 besar negara dengan pekerja anak-anak adalah hal yang paling umum di negara tersebut. Indonesia berada di urutan ke 46 disusul dengan Brazil yang berada di urutan ke 54.
Negara-negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi mengalami nasib buruk pada indeks karena ada beberapa keluarga yang membutuhkan anak-anak untuk menambah penghasilan keluarga mereka. Tetapi negara-negara ekonomi penting seperti China, India, Rusia dan Brazil juga ditemukan adanya indikasi pekerja anak dibawah umur karena undang-undang pekerja anak sering kurang ditegakkan.
Perdagangan anak untuk kerja paksa atau eksploitasi seksual masih menjadi masalah besar bagi negara-negara miskin ataupun berkembang.
Meskipun pertumbuhan ekonomi berkembang cepat, China telah menjadi saksi terhadap peningkatan yang substansial dalam resiko pekerja anak lebih dari satu tahun yang lalu, yang menempati peringkat ke 20 dibandingkan dengan 53 tahun yang lalu.
Laporan tersebut mengatakan bahwa diperkirakan 100 ribu anak-anak dipekerjakan di sektor manufaktur negara itu.
“Penggunaan pekerjaan kejuruan dan skema penelitian, bersamaan dengan penggunaan pekerja anak-anak di pabrik-pabrik untuk perusahaan di provinsi-provinsi maju saat ini lebih ekonomis,” kata laporan itu.
Tahun lalu, pemasok alat-alat elektronik Foxconn mengakui bahwa pekerja magang berumur 14 tahun bekerja di salah satu pabrik di China.
Namun, laporan ini menunjukkan perbaikan kecil dalam resiko pekerja anak dengan Amerika Selatan kini berada di peringkat sebagai “beresiko tinggi” daripada “resiko ekstrim”.
Pada bulan September, Organisasi Buruh Internasional memperkirakan bahwa umur lima sampai 17 tahun yang terlibat dalam pekerja anak-anak mengalami penurunan menjadi 10,6 persen pada 2012 dari 13,6 persen pada 2008. Jumlah anak-anak yang terlibat dalam bentuk pekerjaan yang buruk telah menurun menjadi 85 juta dari 115 juta dalam beberapa waktu ini.
Perusahaan mengkompilasi peringkat dengan mengevaluasi frekuensi dan tingkat keparahan insiden pekerja anak yang dilaporkan serta pelacakan bagaimana pemerintah mencegah pekerja anak dan memastikan pelakunya untuk bertanggung jawab.
Indeks telah dikembangkan untuk membantu perusahaan memahami resiko anak-anak yang dipekerjakan dalam rantai pasokan mereka. (cnn.com, maplecroft.com)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...