Loading...
INSPIRASI
Penulis: Cristy Kirana 10:12 WIB | Jumat, 28 Maret 2025

Seragam untuk Teo: Ketika Kasih Melampaui Kain

Ilustrasi seragam untuk Teo (Foto : ImagebyAI)

"Saya belum punya seragam SMP, Bu, hanya ada seragam SD yang sudah kesempitan."

Pesan sederhana itu menghantam hati saya seperti ombak yang menerjang karang. Di balik layar digital yang dingin, ternyata tersimpan kisah kehidupan yang begitu dalam.

Perkenalkan, saya Dwi Puji Lestarianti, seorang pendidik yang dipercaya Tuhan untuk memimpin SMPK BPK PENABUR Jatibarang sejak tahun 2004. Dalam perjalanan puluhan tahun sebagai pendidik, ribuan wajah telah saya temui, ribuan kisah telah saya dengar. Namun, ada satu kisah yang membuat saya bersujud dalam syukur dan kerendahan hati—kisah seorang anak bernama Teo Sebastian Nugraha.

Pandemi COVID-19 yang menyelimuti dunia dengan ketakutan memaksa kami semua beradaptasi. Sekolah beralih ke layar Zoom, tatap muka menjadi tatap maya. Saya, seperti kebanyakan pendidik lainnya, mengira semuanya baik-baik saja. Anak-anak tampak rapi dengan seragam putih mereka di layar kecil itu.

Sampai suatu hari, ketika pengumuman ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) saya sampaikan melalui grup WhatsApp, meminta semua siswa hadir di sekolah dengan seragam PENABUR lengkap dengan rompi birunya.

Sebuah pesan pribadi masuk.

"Pakai seragam SD gapapa, Bu?"

Saya tertegun. Apa maksudnya? Saya menghubungi Teo, dan di sinilah hati saya benar-benar tergugah. Seragam putih yang selalu dia kenakan di Zoom ternyata seragam SD lamanya—dengan kancing-kancing yang sudah lepas dan ukuran yang sudah terlalu kecil untuk tubuhnya yang bertumbuh.

"Saya belum punya seragam SMP, Bu," katanya dengan suara bergetar.

Air mata saya menetes tanpa permisi. Bagaimana mungkin saya tidak menyadarinya? Selama ini, di balik senyumnya yang cerah, tersembunyi perjuangan yang tak pernah dia keluhkan.

Tuhan memang bekerja dengan cara yang ajaib. Beberapa waktu sebelumnya, BPK PENABUR Jatibarang menerima kiriman seragam layak pakai dari SMPK 6 PENABUR Jakarta. Tanpa membuang waktu, saya dan Ibu Sri mencari di antara tumpukan kotak, berharap menemukan seragam yang pas untuk Teo.

"Bu, apakah seragamnya ada? Saya jadi bisa ikut ANBK?" tanyanya dengan harapan yang menggetarkan jiwa.

"Ya, Nak. Kamu harus berangkat. Kamu harus ikut ANBK," jawab saya dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan sedang bekerja melalui momen ini.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah bukti nyata karya Tuhan dalam hidup seseorang. Sebuah seragam—ya, hanya sehelai kain berpola kotak-kotak biru—ternyata mampu mengubah hidup seorang anak.

Kepercayaan diri Teo meningkat pesat. Prestasinya melambung hingga memenangkan medali perunggu di Olimpiade Sains Siswa Nasional bidang Matematika. Dari seorang anak yang malu dengan seragam SD-nya yang kesempitan, kini dia berdiri tegak di podium kejuaraan nasional!

Dan di balik kisah Teo, ada keluarga tangguh yang mendukungnya. Papanya, seorang korban PHK dari perusahaan di Jakarta, dan Mamanya yang dengan tekun berjualan sermier (keripik singkong) untuk membiayai pendidikan Teo. Meskipun berbeda keyakinan—Papanya Muslim dan Mamanya Kristen—mereka bersatu dalam satu hal: cinta tanpa batas untuk anak mereka.

Setiap keping uang hasil penjualan sermier dititipkan kepada sekolah untuk perlahan melunasi biaya pendidikan Teo. Tidak ada keluhan, hanya kerja keras dan pengharapan.

Teo mengajarkan saya bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya. Ia juga mengingatkan saya bahwa sebagai pendidik, tugas kami bukan sekadar mengajar, tetapi juga melihat—benar-benar melihat—anak-anak yang Tuhan percayakan.

Kisah ini bukan hanya tentang seragam. Ini tentang bagaimana kasih dapat melampaui kain. Tentang bagaimana Tuhan menggunakan hal-hal sederhana untuk melakukan karya yang luar biasa. Tentang bagaimana kita, dengan kerendahan hati, dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain.

Tuhan bekerja melalui BPK PENABUR. Tuhan bekerja melalui Anda dan saya.

Maukah kita membuka mata dan hati untuk melihat kebutuhan di sekitar kita? Maukah kita mengambil bagian dalam karya kasih Tuhan di dunia ini? Karena terkadang, sebuah tindakan kecil dari kita dapat menjadi keajaiban besar bagi orang lain.

Kisah inspirasi ini berdasarkan pengalaman nyata Ibu Dwi Puji Lestarianti (Kepala Sekolah SMPK BPK PENABUR Jatibarang).

Editor : Eti Artayatini


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home