Serangan Bom di Kantor Polisi Mesir, 4 Meninggal
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Sebuah ledakan bom mobil meledak di depan markas polisi di Kairo, Mesir, hari Jumat (24/1) pagi, membunuh empat orang dan sedikitnya 51 orang luka-luka. Demikian dikatakan pejabat kesehatan setempat
Ledakan itu menimbulkan gumpalan besar asap yang mengepul di langit ibu kota Mesir itu dan meninggalkan sebuah lubang yang dalam di jalan di depan gedung polisi, seperti dilaporkan koresponden AFP.
Ledakan terjadi di gedung Direktorat Keamanan Kairo di distrik Bab El-Khalk dan merusak jendela-jendela gedung itu.
Juru bicara kementerian dalam negeri, Hani Abdel-Latif, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa sebuah bom mobil mungkin telah digunakan dalam serangan yang terjadi pada pukul 06:30 waktu setempat dan terdengar di beberapa bagian ibu kota.
Dampak ledakan itu juga terjadi pada Museum Seni Islam yang gedungnya terletak berdekatan dengan degung polisi. Menteri negara untuk barang antik kepada wartawan dalam sebuah pernyataan setelah berkeliling situs mengatakan bahwa beberapa artefak di dalam museum juga telah rusak.
Saksi mata mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa mereka melihat pria bersenjata juga melepaskan tembakan setelah ledakan.
Tuduhan pada Ikhwanul Muslimin
Kerumunan besar orang di sekitar kejadian meneriakkan slogan-slogan yang melawan gerakan Ikhwanul Muslimin, dan pendukung presiden terguling, Mohammed Morsi. "… Masyarakat menginginkan eksekusi Ikhwan! Eksekusi Morsi !" yang dimaksud adalah Ikhwanul Muslimin, yang oleh pemerintah sementara bulan lalu ditetapkan sebagai organisasi teroris.
Beberapa bom baru-baru ini meledak di daerah padat penduduk dan menimbulkan kekhawatiran tentang munculnya kegiatan kelompok militan di perbatasan Semenanjung Sinai yang muncul sejak Morsi digulingkan akan membuat lebih banyak korban jatuh di negeri itu.
Namun demikian, tentang serangan itu Ikhwanul Muslimin telah berulang kali membantah terkait dengan serangan.
Salah satu serangan paling mematikan adalah pemboman pada Desember lalu di markas keamanan di kota Delta Nil, Mansoura, membunuh 16 orang, sebagian besar polisi. Sebuah bom juga meledak di luar pengadilan Kairo sebelum referendum konstitusi pertengahan Januari ini.
Sebuah kelompok yang terinspirasi Al-Qaeda, Ansar Beit Al-Maqdis, telah mengaku bertanggung jawab atas sebagian besar serangan baru-baru ini di mana sejumlah polisi dan tentara terbunuh. Kelompok ini juga mengklaim upaya pembunuhan yang gagal pada menteri dalam negeri di Kairo pada bulan September.
Kelompok itu mengatakan kekerasan itu sebagai pembalasan atas pembunuhan dan penangkapan terhadap kelompok Islam oleh operasi keamanan yang luas. Namun sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Jumat itu.
Sementara itu, pemerintah Mesir telah mengajak rakyat untuk mendatangai lapangan di pusat kota, hari Sabtu (25/1) besok untuk merayakan tiga tahun revolusi Mesir 25 Januari yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak. Dan kegiatan dengan masa yang besar itu juga di bawah ancaman keamanan, dan boikot oleh Ikhwanul Muslimin serta pendukung Mohammed Morsi. (ahram.org.eg / AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...