Serena Williams: Sukses di Tangan Kita Sendiri
SATUHARAPAN.COM - Suatu hari, ketika Kejuaraan Tenis AS Terbuka (US Open) berlangsung, kamera menyorot lapangan tenis yang kosong. Angin bertiup cukup kencang melewati lapangan di Queens, New York, pada bulan September itu. Kru video sedang membuat tayangan mengenai latar belakang petenis yang ikut bertanding. Pada cuaca berangin itu tidak ada satu pun yang berlatih. Namun, para kru justru melihat Serena Williams sajalah yang berlatih. Ia sedang bersama teman berlatihnya.
Tanpa terpengaruh cuaca, Williams mengambil waktu latihan pada saat lawannya tidak turun lapangan. Itulah aktivitas yang ia lakukan untuk membuat score pada saat tidak ada yang mau melakukannya. Dan, itulah yang membuatnya menjadi yang terbaik.
Dalam kariernya, Williams sudah berkali-kali menghadapi perjuangan seperti itu. Pada musim panas 2015, ia memenangkan gelar Grand Slamnya yang ke-4. Ia mendapatkan 4 gelar dalam satu tahun. Kemenangan itu mengantarnya mendapat gelar “Graf of the Most Open Era”. Kemudian dia melangkah ke semi final AS Terbuka tanpa halangan yang berarti.
Namun, mengejutkan ia harus kalah dengan Roberta Vinci. Perjuangan belum selesai. Ia harus mengakui kemenangan Angelique Kerber. Pada Prancis Terbuka, Williams dikalahkan oleh Garbine Muguruza. Ketiga kekalahan tersebut memunculkan pertanyaan apakah Serena Williams tidak sanggup lagi bangkit dari kejatuhannya? Apakah yang ia lakukan tanpa sepengetahuan khalayak?
Tidak, ternyata. Serena Williams meresponsnya dengan memenangkan gelar Wimbledon yang ke-7 dan merebut gelar Grans Slam dari Angelique Kerber, menyamakan diri dengan Steffi Graf yang melegenda. Namun, pada Olimpiade Brasil lalu, Serena Williams, lagi-lagi, tidak berhasil mempersembahkan medali emas bagi Amerika Serikat karena dikalahkan oleh Lucie Safarova, Barbara Strycova, Venus Williams, dan Elina Svitolina.
Serena Williams memang tidak mempersembahkan emas di Olimpiade Brasil, namun keadaan itu tidak berlangsung lama. Pada 4 September lalu ia mengalahkan Yaroslava Shvedova dari Kazakhtan, membawa dia pada kemenangannya yang ke-308. Williams memiliki gelar kemenangan terbanyak yang pernah dicatat. Ia menggeser Roger Federer ke posisi kedua. Pada 8 September ia kembali dikalahkan oleh Karolina Pliskova di semifinal sehingga itu mengakhiri 186 minggunya di puncak teratas dan digeser Angeline Kerber.
Legenda Olahraga
Serena Williams adalah legenda olahraga. Tenis begitu menggelora di hatinya. Namun, statusnya sebagai olahragawan legendaris tidaklah membuat ia berhenti atau tidak mengalami perjuangan. Ada saatnya ia menang, ada saatnya pula ia harus merasakan pahitnya kekalahan. Ia harus berlatih siang dan malam, melewati hal yang baik maupun hal yang buruk.
“Keberuntungan tidak ada hubungan dengan ini semua, karena saya menghabiskan banyak waktu, berjam-jam pertandingan, berlatih dari waktu ke waktu tanpa mengetahui kapan kemenangan atau kekalahan itu datang,” dia mengungkapkan.
Kariernya diwarnai kemenangan demi kemenangan, seperti ketika ia mengalahkan Kerber dan merebut gelar ketujuhnya di Wimbledon, atau saat ia merebut kemenangan ke-308 di Grand Slam. Namun, sebenarnya kemenangan-kemenangan bukanlah hal yang menggambarkan sosok Serena Williams yang sebenarnya.
Justru gambar yang diperoleh para kru video pada saat menemukan Williams sedang berlatih dalam tiupan angin yang kencanglah yang memberikan gambaran sebenarnya tentang Serena Williams. Apa yang dia lakukan ketika tidak ada satu pun orang yang melihatnya, itulah saat legenda itu dilahirkan. (christianpost.com/spw)
Editor : Sotyati
Kepala Militer HTS Suriah Akan Membubarkan Sayap Bersenjata
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kepala militer "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) Suriah yang menang m...