Sering Musuhan, Ruhut Punya 2 Kenangan Bersama Adnan Buyung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Ruhut Sitompul, merasa sangat kehilangan menerima kabar Adnan Buyung Nasution meninggal dunia, hari Rabu (23/9). Walau sering "bermusuhan", Ruhut mengaku sangat dekat dan punya dua kenangan dengan pengacara senior yang telah dipanggil ke sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT)
"Aku turut berduka cita dan sedih. Walaupun abang itu suka bersebrangan dengan aku, dia tetep temen aku," kata Ruhut kepada sejumlah wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, hari Rabu (23/9).
Dia mengaku tidak pernah menjadi murid Adnan. Malah dalam beberapa persidangan, dia sering berseberangan dengan Adnan. Namun, sejumlah kenangan membuatnya sedih memikirkan nasib keluarga seniornya yang tengah berduka itu.
Salah satu kenangan itu, menurut Ruhut, kala menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) Tentara Nasional Indonesia TNI di Timor Timur (Timtim). "Tidak lupa aku sama Adnan Buyung, waktu kami menangani TNI soal pelanggaran HAM di Timor Timur (Timtim)," ujar Ruhut.
Dia menjelaskan, waktu itu, dia bersama Adnan Buyung tidak diizinkan mendarat di wilayah Timtim. Akhirnya mereka mendarat di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sampai larut malam, hingga akhirnya melayangkan surat ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Lebih lanjut, politikus Partai Demokrat itu menceritakan beberapa hal lucu yang diingatnya soal Adnan Buyung saat bekerja keras menyelesaikan berbagai kasus hukum. Adnan Buyung sering bekerja hanya mengenakan pakaian dalam saja hingga tengah malam.
"Aku ingat sekali bang Buyung. Dia Kalau kerja itu pakai pakaian dalam saja sampai tengah malam," tutur Ruhut.
Beragam kejadian menggelitik pun terjadi saat mereka sedang mengurus kasus ini. Salah satunya saat meraka disambut meriah oleh ribuan pengungsi di Atambua, NTT. "Bang buyung bisik-bisik sama aku. 'Dek kau terkenal kali rupanya, aku dengar kau bintang film, ajak-ajak abang lah'. Itu yang enggak bisa aku lupa kata-kata dia," kata Ruhut.
Bela Anwar Ibrahim
Hal kedua yang tidak bisa dilupakan Ruhut yakni saat membela Anwar Ibrahim atas tugas dari Pengadilan HAM Internasional di Jenewa. Saat Adnan kesulitan, dia pun menghubungi rekan-rekan pengacara, salah satunya adalah Ruhut. "Kami kumpul pengacara-pengacara dunia mau bela Anwar Ibrahim. Tahunya, kita tidak boleh masuk sidang pengadilan. Karena mereka tertutup sekali. Enggak ada lawyer bisa masuk," kata dia.
Menurut dia, saat itu langsung memutar akal agar bisa masuk. Saat pengacara lain tidak bisa masuk, Ruhut pun mengaku sebagai orang dari Jakarta, bukan utusan pengacara internasional. "Masuklah aku, aku ngobrol sama Anwar Ibrahim. Salam dari Indonesia, salam dari bang Buyung," kata dia.
Menurut dia, Adnan yang datang pada malam harinya tidak bisa masuk ke dalam pengadilan. Alamarhum pun protes ke Ruhut. "Ruhut bisa kok saya enggak. Inilah yang kadang aku bersaing dgn bang buyung. Saya bilang, bang aku bisa masuk, aku bisa masukin abang kubilang aja abang kakek aku," ucap Ruhut.
Dia mnegatakan, saat itu Adnan tidak bisa masuk dan langsung protes ke Mahkamah Agung Malaysia, hingga mendapat kritik dari Mahatir Mohammad yang menjadi Perdana Menteri Malaysia saat itu.
"Dua inilah yang saya enggak bisa lupa dari Bang Adnan Buyung Nasution," tutur Ruhut.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...