Siapa Pontius Pilatus Menurut Sejarah?
Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes memiliki kisah berbeda tentang persidangan, tetapi keempatnya sepakat bahwa Pilatus enggan untuk mengeksekusi Yesus.
SATUHARAPAN.COM – Pontius Pilatus, adalah gubernur atau wakil pemerintahan Romawi untuk wilayah Yudea sekitar tahun 26-37 Masehi. Ia menjadi terkenal karena memimpin persidangan Yesus. Alkitab: Matius, Lukas, Markus, Yohanes, Kisah Para Rasul, 1 Timotius mengisahkan peran Pilatus dalam proses penyaliban Yesus. Namun, siapa sebenarnya Pontius Pilatus di luar yang dikisahkan Alkitab?
“Dalam tradisi Kristen, Pontius Pilatus selamanya dikaitkan dengan satu peristiwa itu,” Warren Carter—Guru Besar Perjanjian Baru di Brite Divinity School di Fort Worth, Texas, menulis dalam bukunya Pontius Pilate: Portraits of a Roman Governor (Liturgical Press, 2003). Pilatus “menggunakan kekuatan sebagai gubernur yang menentukan hidup dan mati seseorang untuk mengeksekusi Yesus dari Nazaret di Yerusalem sekitar tahun 30.”
Terlepas dari kebenarannya di Alkitab, sedikit yang diketahui tentang Pilatus. Hanya sejumlah kecil catatan sejarah dan artifact yang bertarikh dekat dengan masa hidupnya yang bertahan sampai hari ini.
“Dengan informasi terbatas ini, kita tidak bisa menulis biografi Pilatus, memahami pemikirannya, dan tindak-tanduknya,” kata Carter. “Kami sama sekali tidak memiliki informasi mendasar tentang dia, apalagi apa pun yang memungkinkan kami untuk memahami susunan psikologis dan karyanya.”
Berabad-abad setelah kehidupan Pilatus, beberapa orang Kristen mengembangkan pandangan positif tentang sang gubernur ini. Bahkan, beberapa sinode gereja mengakui dia sebagai orang suci. Namun, tulisan-tulisan abad pertama yang masih hidup bercerita tentang seorang wali negeri yang memerintahkan pasukannya menyerbu demonstran tak bersenjata dan yang memimpin pembantaian keji sampai-sampai ia ditarik kembali ke Roma.
BACA JUGA:
- Koleksi Museum Alkitab LAI: Seperangkat Alat Penyaliban Yesus
- Apakah Engkau Raja Orang Yahudi?
- Di Istana Pilatus
Catatan Historis
Catatan-catatan yang masih ada hampir tidak mengatakan apa-apa tentang kehidupan Pilatus sebelum ia menjadi Gubernur Yudea atau setelah ia dipanggil kembali ke Roma.
“Atas dasar informasi tentang gubernur [Romawi] lainnya dan tentang bagaimana sistem kekaisaran Romawi mempertahankan kendali, kita dapat dengan wajar menebak bahwa Pilatus mungkin memiliki semacam karier militer. Ia kemungkinan besar memperjuangkan kariernya dengan cara tertentu sebagai seorang perwira,” Carter menulis. “Kita juga bisa cukup percaya diri menyebut dia berasal dari lapisan atas masyarakat Romawi. Keluarganya kaya.”
Kitab Matius mengeklaim istri Pilatus bermimpi tentang Yesus. “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, istrinya mengirim pesan kepadanya, ‘Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’” Matius 27: 19.
Para penulis kuno, Philo (20SM-50M) dan Yosefus (37-100M), keduanya menggambarkan insiden saat Pilatus menyerang kehormatan orang Yahudi. Philo menulis bahwa Pilatus memiliki perisai yang didedikasikan untuk Kaisar Tiberius dan memajangnya di istana Herodes, di Yerusalem. Orang-orang Yerusalem tersinggung dengan hal ini meskipun para sejarawan tidak sepenuhnya yakin mengapa. Adat-istiadat Yahudi kuno tidak mengizinkan pemujaan atau pemajangan yang meluas terhadap gambar-gambar manusia dan mungkin tampilan yang menonjol dari nama Kaisar dipandang sebagai melanggar peraturan keagamaan.
Philo mengeklaim bahwa orang-orang Yerusalem memprotes pemajangan perisai dan mengirim surat kepada Kaisar Romawi Tiberius meminta perisai itu diturunkan. Tiberius menulis kepada Pilatus yang menegur keputusannya untuk memperlihatkan perisai dan memerintahkan agar perisai itu dilepas. Philo menulis bahwa Pilatus juga takut orang-orang akan memberi tahu Tiberius tentang “penyuapan, penghinaan, perampokan, penyiksaan, eksekusi tanpa pengadilan, kekejaman yang tak henti-hentinya dan sangat menyakitkan” yang diduga dilakukan Pilatus. Terlepas dari ketakutannya, Pilatus tidak menurunkan perisai, dan tidak diketahui apakah orang-orang mengatakan kepada Tiberius tentang dugaan kesalahan Pilatus tersebut.
Yosefus menceritakan tentang insiden lain yang lebih serius tentang panji-panji yang dipajang di Yerusalem yang terdapat nama dan mungkin gambar Tiberius.
Dalam buku Yosefus , The Jewish War, sejarawan kuno ini menulis bahwa pemajangan panji-panji tersebut “mengejutkan orang-orang Yahudi; sebab jika orang-orang kagum pada panji-panji itu, berarti hukum Taurat diinjak-injak—orang Yahudi tidak mengizinkan gambar manusia didirikan di Yerusalem—dan massa yang marah itu menarik gelombang besar orang-orang dari seluruh pelosok negeri”.
Orang-orang meminta agar panji-panji diturunkan. Ketika Pilatus menolak, orang-orang pergi ke markas Pilatus di Yerusalem dan tetap di luar selama lima hari, berlutut ke tanah.
Pilatus menyuruh tentara mengepung para pengunjuk rasa dan mengancam akan membunuh mereka jika mereka tidak menerima panji-panji tersebut. “Mendengar ini, orang-orang Yahudi tanpa diperintah, menjatuhkan diri ke tanah dan menunjukkan leher mereka seakan siap ditebas; berteriak bahwa mereka rela dibunuh daripada melanggar hukum,” Yosefus menulis. Pilatus mundur, memerintahkan agar panji-panji itu dikeluarkan dari Yerusalem.
Yosefus juga mengeklaim bahwa Pilatus menggunakan uang dari perbendaharaan Bait Allah untuk membangun saluran air, sesuatu membuat ia makin dibenci orang Yahudi. Penduduk marah dan pergi ke pengadilan, memaki Pilatus, tulis Yosefus. Pilatus memerintahkan pasukannya memukuli banyak pengunjuk rasa, dan “banyak orang tewas yang membuat massa terdiam,” Yosefus menulis.
Dalam bukunya Antiquities of the Jewish, Yosefus mengeklaim bahwa Pilatus membantai sekelompok orang Samaria yang berusaha mendaki Gunung Gerizim untuk mencari kotak-kotak perlengkapan Kemah Suci yang dikubur Musa. Tak lama setelah kejadian ini, Pilatus digantikan di Yudea oleh seorang pria bernama Marcellus. Pilatus ditarik ke Roma. Catatan sejarah tidak mengatakan apa yang terjadi padanya setelah dia kembali ke Roma.
Artefak
Tidak ada gambar Pilatus yang diketahui. Tetapi, para peneliti telah menemukan beberapa artifact yang terkait dengannya. Di antaranya adalah koin perunggu yang dicetak di Yudea antara tahun 29 dan 32 M. Koin-koin itu bergambar bejana pagan di satu sisi dan desain yang digunakan dalam Yudaisme kuno di sisi lainnya.
“Fakta bahwa satu sisi dari setiap koin selalu memakai desain murni Yahudi mungkin menunjukkan bahwa Pilatus dengan sengaja menggambarkan simbol-simbol Yahudi dan Romawi dalam upaya untuk melanjutkan upaya Herodes I dan para penerusnya untuk mengintegrasikan Yudea lebih jauh ke dalam Kekaisaran,” tulis Helen Bond, kepala School of Divinity di Universitas Edinburgh, Skotlandia, dalam bukunya Pontius Pilate in History and Interpretation (Cambridge University Press, 1998).
Artefak lain terkait dengan Pilatus adalah prasasti yang ditemukan pada 1961 di sebuah teater Romawi di Kaisarea. Di Prasasti tersebut tertulis nama Pilatus dan menyatakan bahwa dia adalah Prefek Yudea. Tertulis juga nama Kaisar Tiberius. Hanya sedikit dari prasasti yang selamat.
Artefak yang lebih tidak pasti adalah cincin jari tembaga dengan tulisan bertuliskan, “Pilatus,” yang ditemukan di Herodium, sebuah istana yang dibangun untuk Raja Herodes. Cincin itu ditemukan selama penggalian yang dilakukan dari 1968 hingga 1969. Meskipun Pilatus sendiri tidak mungkin mengenakan cincin jari sederhana yang terbuat dari tembaga, mungkin saja itu milik seseorang yang memiliki koneksi ke sang gubernur dan memutuskan untuk menggunakan nama belakangnya.
Pengadilan Yesus
Hampir semua yang diketahui tentang peran Pilatus dalam pengadilan Yesus berasal dari Alkitab. Sebuah perikop dalam tulisan Yosefus di Antiquities of the Jewish menyebutkan Yesus. Tetapi, banyak sejarawan percaya bahwa bagian itu tidak ditulis oleh Yosefus sendiri tetapi ditambahkan kemudian oleh seorang juru tulis yang menyalin buku sejarawan itu.
Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes memiliki kisah berbeda tentang persidangan, tetapi keempatnya sepakat bahwa Pilatus enggan untuk mengeksekusi Yesus. Ia percaya bahwa tertuduh tidak melakukan pelanggaran yang harus dihukum dengan penyaliban. Keempat Injil semua mengeklaim bahwa kerumunan yang termasuk imam kepala memaksa Pilatus untuk menyatakan Yesus bersalah dan menyalibnya.
Injil Matius mengatakan bahwa ketika Pilatus gagal meyakinkan orang banyak bahwa Yesus tidak bersalah, gubernur itu “… mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata, ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’” (Matius 27:24).
Keempat Injil semuanya mengeklaim bahwa Pilatus menawarkan kepada orang banyak pilihan antara membebaskan Barabas, seorang pria yang dituduh memimpin pemberontakan kejam, atau Yesus. Dan, massa meminta agar Barabas dibebaskan.
Injil Yohanes mengeklaim bahwa Yesus dan Pilatus melakukan perdebatan filosofis selama persidangan. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku bersaksi tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraku.” Kata Pilatus kepadanya, “Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:37,38) (Sumber: Live Science)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...