Siapakah Sesama Orang Itu?
SATUHARAPAN.COM – ”Siapakah sesamaku manusia?” (Luk 10:29). Ahli Taurat itu bertanya bukan karena ingin tahu, tetapi mungkin merasa malu karena bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Dan karena konteks pertanyaan itulah Sang Guru dari Nazaret mengisahkan Orang Samaria yang Murah Hati (Luk 10:36-37).
Dengan kisah tersebut, Yesus menuntun ahli Taurat tadi sampai pada kebenaran. Guru dari Nazaret itu tidak bertanya, ”Siapakah sesamaku manusia dari kisah tadi?” Tetapi, ”Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Pertanyaannya bukanlah siapakah sesamaku manusia, tetapi siapakah sesama bagi orang malang itu? Tak bisa lagi dielakkan, sesama manusia bagi orang malang itu ialah orang Samaria.
Ahli Taurat dituntun untuk mengubah pertanyaan ”Siapakah sesamaku?” menjadi pertanyaan ”Siapakah sesama orang tersebut? Akukah?” Yesus, dalam pemahaman Rama A. Gianto, mengajak ahli Taurat itu untuk melakukan pemeriksaan diri: ”Apakah aku ini telah bertindak sebagai sesama baginya?”
Kisah Orang Samaria yang Murah Hati mendorong kita untuk melayangkan pandangan kepada setiap orang yang kita temui, sembari bertanya dalam hati: ”Siapakah sesama orang itu? Akukah?” Menurut Stefan Leks, seandainya orang Samaria itu mempunyai definisi tentang ”siapakah sesamaku?”, mungkin saja orang yang terluka berat itu tidak akan masuk daftar dari ”sesamanya”. Gerak belas kasihan memang tak boleh dibatasi definisi, harus selalu terbuka.
email: inspirasi@satuharapan.com
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...