Sidaguri, “Gudang” Obat Tradisional Kaya Serat
SATUHARAPAN.COM – Di Indonesia, tumbuhan ini disebut sidaguri. Di dunia perdagangan obat-obatan tradisional, tumbuhan ini dikenal dengan nama arrowleaf sida.
Situs Useful Tropical Garden menyebutkan tumbuhan yang awalnya dikenal sebagai gulma ini kemudian dikenal sebagai sumber obat tradisional dan sumber serat. Sidaguri adalah bahan obat tradisional terkenal di Australia, terutama obat diare yang sangat manjur.
Daunnya, yang mengandung 7,4 protein, dimanfaatkan sebagai sayuran. Di beberapa daerah, daunnya juga dimanfaatkan sebagai minuman teh.
Rebusan seluruh bagian tumbuhan dimanfaatkan sebagai obat demam. Pasta dari tanaman ini digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, juga digunakan sebagai tapal, obat dalam bentuk cairan kental atau bubur yang dilumaskan, dalam pengobatan sakit kepala, bisul, kram, rematik, sakit gigi, bibir pecah-pecah, hingga jerawat.
Tapal yang dibuat dari campuran tumbuhan, minyak, dan gula, dimanfaatkan untuk obat abses dan melepaskan nanah.
Daunnya disebutkan memiliki khasiat diuretik, dimanfaatkan untuk mengobati disentri. Jus dari daun yang dicampur dengan cuka dimanfaatkan untuk obat antiinflamasi dan pencernaan.
Rebusan daun digunakan untuk membersihkan luka.
Bunga-bunganya yang berwarna kuning, yang dimakan dengan jahe liar, dikonsumsi untuk menambah stamina kerja.
Selain itu, akarnya pun dimanfaatkan untuk pengobatan diare, disentri, dan gangguan perut. Pasta akar juga dimanfaatkan untuk obat bisul.
Serat tumbuhan yang diperoleh dari kulit kayu dan berkualitas baik, digunakan untuk membuat tali dan benang. Tumbuhan yang mudah diekstrak ini sangat dikenal memiliki serat yang baik, kuat, berkilau, dengan warnanya yang putih. Dalam suatu percobaan terhadap serat, menunjukkan bahwa tali dengan lingkar 12,5 mm dapat mempertahankan beban seberat 180 kilogram.
Manfaat lain, batang yang dikumpulkan, diikat, dapat digunakan sebagai sapu.
Pemerian Botani dan Khasiatnya
Sidaguri memiliki nama ilmiah Sida rhombifolia, L., dengan nama sinonim Sida alnifolia, Lour., Sida phillipica, DC., Sida retusa, L., Sida semicrenata, Link., dan Sida spinosa, L.
Sidaguri, mengutip dari Wikipedia, merupakan herba dengan tinggi 2 m, bercabang, dan ditumbuhi banyak bulu-bulu yang rapat. Warnanya putih-hijau.
Daunnya tunggal, letaknya berseling. Bentuknya bulat telur, seperti jantung, atau melanset. Tepinya bergerigi, ujungnya runcing/bertoreh dengan bulu yang rapat, dengan pertulangan menyirip. Bagian bawah daun berambut pendek dengan warna abu-abu, dan berukuran 1-4 cm x 1-1,5 cm.
Perbungaannya termasuk tunggal, warnanya kuning cerah. Benang sari tumbuh bersamaan membentuk tabung dari dasar bunga. Mahkota bunga hijau, ujungnya melengkung. Bunga tumbuh dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang, dan layu tiga jam kemudian.
Buah sidaguri mengandung ruang/kendaga 8-10 buah, dengan diameter 6-7 mm dan sewaktu sudah tua berwarna hitam. Akarnya putih, dan kotor.
Situs Useful Tropical Plants, tropical.theferns.info, menyebutkan sebagai tumbuhan asli kawasan New World, merujuk pada Dunia Baru Amerika Serikat, Karibia, dan Bermuda, sidaguri juga banyak ditemukan di kawasan tropis dan subtropis seperti di wilayah selatan Tiongkok. Tumbuhan ini mampu tumbuh di tanah yang tidak subur, juga masih dapat ditemukan di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan air laut seperti di kawasan Pegunungan Himalaya.
Di Indonesia, Wikipedia menyebutkan sidaguri dikenal dengan sebutan guri, saliguri (Minangkabau), sidaguri (Melayu), sidaguri, otok-otok (Jawa Tengah), sidagori, sadagori (Sunda), taghuri (Madura), kahindu (Sumba), selegui (Bali Aga), dikira, hutu gamo (Halmahera), digo (Ternate), bitumu, dan sosapu.
Dalam bahasa Inggris, sidaguri disebut arrowleaf sida, rhombus-leaved sida, paddy's lucerne, jelly leaf, dan kadang-kadang juga disebut Cuban jute, Queensland-hemp, dan Indian hemp, walaupun Sida rhombifolia tidak berkait dengan tumbuhan baik rami (jute atau hemp adalah nama rami dalam bahasa Inggris). Tumbuhan ini mengandung cryptolepine, efedrin, dan vasicine.
Sida cordifolia, salah satu jenis dari genus Sida, sejak lama dimanfaatkan dalam pengobatan Ayurveda, yang biasa disebut kurumthotti. Jenis ini asli India.
Sidik Raharjo, dalam buku Rangkuman Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat terbitan Merapi Farma Herbal, menyebutkan daun sidaguri dimanfaatkan untuk obat herbal asam urat, kulit gatal, bisul, borok, kudis, cacingan, eksim. Akarnya dapat dimanfaatkan untuk obat sariawan dan sengatan serangga berbisa.
Kecenderungan kembali ke alam bagi industri farmasi dan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia, belakangan ini mendorong banyak peneliti untuk menemukan suatu formula bahan fitofarmaka yang mempunyai nilai jual dan bermanfaat.
Tince Soumury, dalam tugas penelitian skripsi pada 1997, seperti dapat dibaca di mipto.farmasi.ugm.ac.id, melakukan penelitian berjudul “Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Sida rhombifolia L.”.
Dyah Iswantini, Min Rahminiwati, M Januwati, contohnya, pada 2004, mengutip dari repository.ipb.ac.id, menggelar penelitian “Bioprospeksi Sidaguri (Sida rhombifolia, L.) dan Seledri (Apium graveolens, L.): Formulasi Obat Gout dan Aktivitas Inhibisinya terhadap Xanti Oksidase”. Ketiganya terdorong menemukan suatu formula bahan fitofarmaka yang mempunyai nilai jual dan bermanfaat dengan semakin meningkatnya penderita gout.
Berdasarkan pemikiran Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati termasuk tanaman obat yang perlu diteliti dan dimanfaatkan, mereka meneliti sidaguri dan seledri, yang berdasar uji fitokimia mengandung flavonoid dan alkaloid, yang dapat menghambat aktivitas enzim xantin oksidase, enzim yang mengoksidasikan xantin menjadi asam urat dalam darah.
Penelitian yang mereka lakukan meliputi uji khasiat formula kedua tanaman tersebut sebagai anti gout secara in vitro dan in vivo, dilengkapi dengan khasiat sebagai antiinflamsi dan uji toksisistasnya. Mereka juga melakukan juga karakterisasi senyawa aktif dari penyusunan formula terbaik.
Pencarian teknik budidaya yang tepat juga dilakukan terhadap kedua tanaman ini dalam kaitan dengan kualitas tanaman/simplisia sebagai bahan baku obat gout.
Wilis Gintarti, pada 2004, juga dalam tugas skripsi, melakukan penelitian farmakologi “Daya Anthelmintik Infusa Herba Sidaguri (Sida rhombifolia L.) terhadap cacing Ascaridia galli Schrank secara In Vitro dan Skrining Fitokimianya”.
Sidaguri, menurut Wilis Gintarti, memiliki daya anthelmintik. Lewat uji infusa herba sidaguri terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro dan skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa kimianya.
Editor : Sotyati
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...