Sidang Twitter dan Elon Musk Digelar Oktober 2022
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Hakim di Delaware, Amerika Serikat, pada Selasa (19/7) waktu setempat menetapkan sidang antara Twitter dan Elon Musk akan dilangsungkan pada Oktober mendatang terkait masalah akuisisi perusahaan teknologi itu yang semula disepakati bernilai 44 miliar dolar AS.
Kanselir Kathaleen McCormick dari Court of Chancery di Delaware mengatakan bahwa perusahaan pantas mendapatkan keputusan cepat usai Musk mundur dari kesepakatan akuisisi.
"Kenyataannya adalah penundaan sidang dapat mengancam kerugian yang tidak dapat diperbaiki bagi perusahaan,” kata McCormick merujuk pada Twitter, dikutip dari Reuters pada Rabu (20/7).
McCormick meminta kedua pihak untuk menyepakati tanggal persidangan yang menurutnya akan berlangsung selama lima hari.
Perintah dari hakim itu merupakan pukulan bagi Musk yang sebelumnya telah mendorong agar persidangan dilakukan pada Februari tahun depan sehingga memungkinkan penyelidikan ekstensif atas klaimnya bahwa Twitter telah salah mengartikan jumlah akun palsu atau spam.
Sementara pihak Twitter telah meminta agar persidangan diselenggarakan lebih cepat atau tepatnya pada September. Twitter berargumen bahwa menunda sidang sampai tahun depan dapat mengancam kesepakatan finansial.
"Kami senang pengadilan setuju untuk mempercepat persidangan ini," kata juru bicara Twitter.
Seorang pengacara yang mewakili Musk belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Twitter ingin pengadilan mengeluarkan perintah agar Musk menyelesaikan kesepakatan dengan harga yang disepakati senilai 54,20 dolar AS per saham.
Pengacara Twitter William Savitt berpendapat selama pemeriksaan pendahuluan (hearing), Musk menekankan masalah akun bot dan spam karena dia berusaha untuk keluar dari kesepakatan akuisisi.
Di sisi lain, pengacara Musk menolak pendapat yang menganggap Musk mencoba untuk merugikan Twitter. Menurut Musk, jadwal persidangan yang lebih cepat akan memungkinkan Twitter menyembunyikan fakta tentang akun spam, yang mulai dipertanyakan Musk setelah menandatangani kesepakatan pada akhir April.
"Ketika Musk mulai mengajukan pertanyaan, jawaban yang dia dapatkan sangat mengkhawatirkan," kata pengacara Musk Andrew Rossman.
Rossman mengatakan dibutuhkan waktu selama berbulan-bulan untuk menganalisis data dalam jumlah besar yang dapat menjawab pertanyaan Musk tentang akun spam Twitter.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...