Sidang WCC: Undangan Ziarah Keadilan dan Perdamaian
BUSAN, SATUHARAPAN.COM Walau gereja-gereja berasal dari berbagai aliran dan denominasi, namun semua gereja diundang untuk menjalani ziarah bersama dan di dalam tuntunan Tuhan sendiri menuju tujuan yang sudah ditentukan oleh-Nya. Ziarah itu adalah suatu ziarah dalam memperjuangkan keadilan dan perdamaian yang dewasa ini sangat dibutuhkan.
Hal itu digarisbawahi dalam persidangan utama menjelang akhir Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja se-Dunia (World Council of Churches/ WCC) hari ini (6/11), seperti dilaporkan oleh Trisno S. Sutanto, wartawan satuharapan.com dari Busan, Korsel. Gereja-gereja anggota WCC maupun semua mitra oikoumenis diminta melihat hakikat kerja WCC selama delapan tahun ke depan sebagai suatu ziarah keadilan dan perdamaian.
Pemahaman ini mencerminkan tema utama Sidang Raya ke-10 WCC yang akan berakhir dua hari lagi, God of Life, Lead Us into Justice and Peace, yakni suatu doa yang sekaligus memperlihatkan bahwa kehadiran gereja-gereja pada dasarnya adalah sebagai para peziarah di dalam jalan Tuhan. Di dalam kerangka peziarahan itulah kerja-kerja WCC ke depan seharusnya diletakkan.
Salah satu isu yang menonjol adalah pemahaman bahwa posisi WCC kini dipahami lebih sebagai suatu persekutuan ketimbang organisasi. Sejak Sidang Raya ke-9 di Porto Alegre (2006), WCC mengaku berada dalam periode transisi sebagai akibat tantangan finansial yang memaksa restrukturisasi baik dalam program maupun organisasi mereka.
Masalahnya, di masa depan, bagaimanakah makna persekutuan itu lebih diwujudkan dalam program-program WCC. Misalnya, apakah program-program itu akan tetap dirumuskan di Jenewa, atau sebaiknya dirumuskan bersama-sama dengan gereja-gereja anggota WCC?
Sidang Raya ke-10 ini juga melahirkan beberapa gagasan utama yang akan menjadi kerja programatis gereja-gereja anggota WCC. Pertama, penegasan baru mengenai makna gereja dalam dokumen The Church: Towards a Common Vision. Komisi Faith and Order WCC didorong untuk menyebarluaskan dokumen itu dan meminta masukan dari gereja-gereja.
Mengenai isu-isu yang masih memecah belah gereja-gereja, WCC didorong untuk berfungsi sebagai ruang aman di mana gereja-gereja dapat masuk ke dalam dialog dan menjalani proses moral discernment bersama mengenai persoalan-persoalan yang menantang mereka, termasuk isu gender dan seksualitas yang kerap membebani gereja.
Kedua, penegasan baru mengenai misi dalam dokumen Together Towards Life yang dinilai sebagai langkah penting ke arah pemahaman oikoumenis mengenai hakikat dan praktik gereja sebagai misi. Dokumen ini diharapkan dapat mendorong gereja-gereja untuk makin terlibat dengan upaya misi dan evangelisasi.
Ketiga, pengakuan tentang pentingnya dialog dan kerjasama antar-agama, seperti tertuang dalam dokumen Christian Witness in a Multi-Religious World. Dalam dokumen itu ditegaskan bahwa dialog dan kerjasama antar-agama menantang gereja-gereja untuk melakukan refleksi mengenai tradisi keimanan mereka.
Dan, akhirnya, ziarah untuk memperjuangkan keadilan dan perdamaian itu diletakkan dalam kerangka pemahaman teologis baru mengenai pelayanan gereja yang dituangkan dalm dokumen Theological Perspectives on Diakonia in the Twenty-First Century. Dalam peziarahannya, gereja-gereja diminta untuk menghormati keutuhan ciptaan dan martabat manusia, serta memperjuangkan kebutuhan dasar bagi semua orang.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...