Sidewalk Warfare, Ketika Trotoar Tak Lagi Bungkam
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hakikat trotoar sebagai lahan yang lapang, nyaman, dan aman bagi pejalan kaki di Kota Megapolitan Jakarta seakan menjadi kenangan.
Keberadaannya kini telah beralih fungsi menjadi lahan yang menggiurkan bagi para pedagang untuk menjajakan berbagai macam barang. Sekali waktu, trotoar beralih rupa bak replika ‘mini market’ yang menyediakan berbagai kebutuhan. Tak hanya itu, trotoar juga kerap menjadi ‘ruang alternatif’ bagi pengendara sepeda motor saat jalanan dipenuhi kendaraan yang mengular panjang.
Meski sebagian orang tak memedulikan terenggutnya trotoar dari fungsi dasarnya, kelompok seniman Reza Afisina dan Log Out Corps dalam sebuah proyek seni rupa bernama Sidewalk Warfare berusaha menggugah kebungkaman trotoar.
Reza Afisina dan Log Out Corps adalah kelompok seniman yang diundang berkolaborasi dan melakukan elaborasi pada gagasan kuratorial yang difokuskan pada pendekatan ruang dan gerak yang terjadi di trotoar Jakarta.
Melalui proyek seni rupa ini, para seniman berusaha membaca, mempermainkan, dan melakukan spekulasi terhadap pergeseran fungsi trotoar di Jakarta yang dituangkan dalam karya adiluhung.
Tak hanya pameran, output gagasan para seniman ini nantinya juga akan dituangkan dalam sebuah buku. Penerbitan buku dipilih sebagai medium keratorial yang ditampilkan pada proyek ini.
Kurator pameran, Asep Topan saat ditemui satuharapan.com di Gedung Summitmas, Sudirman, Jakarta pada Kamis (29/1) sore menjelaskan dengan kedua pendekatan, yakni pendekatan ruang dan gerak, para seniman memiliki kemungkinan untuk merealisasikan pembacaan mereka menjadi karya-karya yang tidak spesifik pada suatu medium tertentu.
Gagasan keduanya, kata Asep, hadir di ruang pameran sebagai karya instalasi, performance art, suara, dan audio visual.
“Pameran ini temanya mengenai perebutan ruang yang telah beralih fungsi. Pergeseran itu memengaruhi habitat dan kebiasaan masyarakat di Jakarta,” kata Asep.
Sementara itu, penyusunan buku yang dipilih sebagai medium kedua proyek kuratorial ini bertujuan untuk memperluas kemungkinan penyebaran pengetahuan dan pembahasan yang lebih komprehensif mengenai tema yang diangkat.
“Untuk membedakannya dengan katalog pameran, dalam buku ini terdapat tulisan mengenai pembacaan terhadap fenomena trotoar di Jakarta dan praktik kuratorial yang lebih mendalam selain dari karya-karya dan proses berkarya yang dibuat oleh para seniman,” ujarnya.
Selanjutnya, pemilihan kedua kelompok seniman tersebut berdasarkan kecenderungan karya mereka yang menggunakan medium performance art dan mengangkat tema kota. Selain itu, mereka berasal dari dua generasi seniman yang berbeda agar bisa terjadi pertukaran gagasan dan kolaborasi yang lebih menantang berdasarkan preferensi yang berbeda dari keduanya.
Diakui Asep, proyek ini merupakan proyek dengan kuratorial paling lama, yakni prosesnya selama satu tahun.
Selain di Indonesia, pameran serupa juga diselenggarakan di Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Pameran mulai dibuka untuk umum pada 30 Januari hingga 12 Februari 2015 setiap hari kerja (weekday) mulai pukul 10.00-18.00 WIB. Selain pameran, akan diadakan pula diskusi publik dan peluncuran buku pada 12 Februari 2015 pukul 15.00 - 17.00 WIB.
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...