Sigap Menghadapi Bencana Banjir
SATUHARAPAN.COM – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2012 menyatakan tren bencana alam masih akan didominasi jenis bencana hidrometeorologi, yakni bencana yang dipengaruhi oleh aspek cuaca seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan.
Di Indonesia, bencana hidrometeorologi menyumbang sekitar 80 persen dari semua kasus bencana yang ada. Bencana di Indonesia tak hanya disebabkan faktor iklim, namun juga diperparah oleh degradasi lingkungan dan pertambahan jumlah penduduk. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengemukakan ada hampir 154 kabupaten dan kota yang berisiko tinggi terjadi bencana. Dia mencontohkan ancaman banjir di Jakarta, Tuban, dan Lamongan, serta ancaman tanah longsor di Bogor dan Cianjur.
Berikut tata cara menghadapi bencana hidrometeorologi yang sering dan umum terjadi di banyak daerah, yaitu banjir, yang diperoleh dari beberapa sumber.
Upaya pencegahan banjir meliputi kerja bakti membersihkan saluran air, melaksanakan kegiatan 3M (menguras, menutup, menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk, membuang sampah pada tempatnya, menyediakan bak penyimpanan air bersih, dan membuat perencanaan dan tindakan antisipasi, seperti langkah-langkah evakuasi dan menetapkan lokasi yang aman untuk mengungsi.
Tindakan yang dilakukan selama terjadi banjir yaitu mematikan listrik dan sumber gas. Juga, mengamankan barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman, menyiapkan radio, senter, baterai, lilin dan pemantik api yang tahan air, menyiapkan bahan makanan yang tahan air (dalam kemasan plastik atau kaleng), sepatu karet dan sarung tangan. Selain itu menyiapkan obat-obatan untuk pertolongan pertama dan menyiapkan tas anti air dan catatan penting berisi alamat untuk menghubungi otoritas yang berwenang (satkorlak).
Yang tidak kalah penting adalah menyelamatkan diri ke tempat aman, ikut mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum. Juga, menggunakan air bersih dengan efisien
Yang perlu dilakukan pascabanjir adalah memastikan peralatan kebutuhan emergency tetap kering. Memastikan makan dengan menggunakan peralatan yang tidak terkontaminasi dengan air banjir. Selain itu, mensterilkan peralatan makanan dengan menggunakan air panas.
Yang perlu diingat adalah tidak menggunakan peralatan listrik yang terendam banjir. Berhati-hati dengan ular, kalajengking, atau binatang berbisa lainnya yang masuk ke rumah. Masuk ke rumah dengan menggunakan sepatu karet/boot dan sarung tangan.
Juga, membersihkan sisa lumpur di lantai atau menempel di dinding sesegera mungkin. Sisa lumpur yang kering akan menimbulkan debu dan dapat mengganggu kesehatan (mengganggu saluran pernapasan, iritasi mata dan gatal-gatal. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah. (ksrpmiunair)
Editor: Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...