Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 14:30 WIB | Selasa, 11 Februari 2025

Singapura Tahan Remaja Yang Mau Membunuh Umat Muslim

Keinginannya lakukan hal yang mirip dengan serangan pada sebuah masjid di Selandia Baru.
Brenton Tarrant, pria bersenjata yang menembak dan membunuh jamaah dalam serangan masjid di Christchurch, terlihat saat menjalani hukuman di Pengadilan Tinggi di Christchurch, Selandia Baru, 26 Agustus 2020. (Foto: dok. Reuters)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM-Seorang remaja yang diduga menggunakan gim daring yang penuh kekerasan untuk berlatih dalam misi membunuh umat Muslim, mirip dengan pembantaian di Selandia Baru tahun 2019, telah ditahan di Singapura, kata otoritas keamanan pada hari Senin (10/2).

Diidentifikasi sebagai Nick Lee, 18 tahun, ia diduga merencanakan serangan yang mirip dengan yang dilakukan oleh supremasi kulit putih Brenton Tarrant di Selandia Baru enam tahun lalu.

Tarrant mengamuk, menewaskan 51 jamaah di masjid-masjid di sekitar Christchurch pada bulan Maret 2019 dalam penembakan massal paling mematikan di negara itu.

“Lee bercita-cita melakukan serangan terhadap Muslim di Singapura bersama orang-orang sayap kanan yang berpikiran sama yang diajaknya bicara daring,” kata Departemen Keamanan Dalam Negeri (ISD) Singapura.

Departemen tersebut mengatakan “cita-citanya melakukan serangan termasuk melakukan serangan bergaya Tarrant terhadap Muslim di sebuah masjid di Singapura, menggunakan senjata rakitan, pisau, dan bom molotov,” dan menyiarkan langsung kejadian tersebut, mirip dengan serangan Tarrant.

ISD mengatakan pihaknya mengeluarkan perintah penahanan untuk Lee pada bulan Desember berdasarkan Undang-undang Keamanan Dalam Negeri, yang memungkinkan seseorang ditahan tanpa diadili.

Lee “mulai membentuk antipati terhadap Muslim pada tahun 2023” setelah menemukan propaganda sayap kanan terhadap Muslim di media sosial, menurut ISD.

Dia mencari video siaran langsung Tarrant tentang serangan Selandia Baru dan menontonnya berulang kali, badan hukum tersebut menambahkan.

“Dia mengidolakan Tarrant, mulai bermain peran sebagai Tarrant dalam permainan simulasi daring yang penuh kekerasan,” katanya.

Lee mengunduh "modifikasi gim video sehingga ia bisa berpura-pura menjadi Tarrant yang membunuh Muslim di Masjid Al-Noor di Christchurch."

ISD mengatakan bahwa Lee "mengidentifikasi dirinya sebagai 'supremasi Asia Timur', yang percaya pada superioritas etnis Tionghoa, Korea, dan Jepang," setelah menemukan ide-ide ini secara daring.

"Ide-ide serangan Lee bersifat aspiratif dan ia tidak memiliki jadwal untuk melaksanakannya," kata ISD, seraya menambahkan bahwa penyelidikan terhadap kontak daringnya "tidak menemukan ancaman langsung terhadap Singapura."

Singapura yang kaya, masyarakat yang sebagian besar beretnis Tionghoa dengan minoritas Muslim Melayu dan India yang substansial, telah mengambil sikap keras terhadap ide-ide ekstremis.

Sebuah laporan pemerintah tentang ancaman terorisme yang dirilis pada bulan Juli mengatakan "radikalisasi pemuda merupakan perhatian khusus," dengan 13 dari 52 kasus individu yang "meradikalisasi diri" yang diidentifikasi oleh badan keamanan berusia 20 tahun atau lebih muda.

Yang termuda adalah seorang remaja berusia 14 tahun yang ditahan tahun lalu. ISD juga menangkap seorang remaja berusia 17 tahun pada tahun 2024, dengan mengatakan bahwa ia "beberapa minggu lagi" akan merencanakan serangan terhadap non-Muslim, menggunakan gunting.

Pada tahun 2023, seorang pelajar berusia 18 tahun ditahan karena merencanakan serangan serupa. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home