Singgung Serangan Hamas, Israel Minta Entri Lagu Eurovision Direvisi
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Israel pada hari Minggu (3/3) mengatakan pihaknya telah meminta penulis lirik untuk merevisi usulan entri Kontes Lagu Eurovision, yang berpotensi memicu perselisihan dengan penyelenggara mengenai konten politik.
Pihak berwenang pekan lalu mengatakan Israel tidak akan dapat berpartisipasi dalam kompetisi populer edisi tahun ini jika penyelenggara menolak pilihan lagu tersebut, yang dilaporkan merujuk pada korban serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memicu perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Aturan Eurovision melarang konten politik dalam komperisi itu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, lembaga penyiaran publik Israel, Kan, mengatakan Presiden Isaac Herzog telah menyerukan “penyesuaian yang diperlukan” yang akan memastikan keikutsertaan Israel dalam acara tersebut, yang telah dimenangkannya sebanyak empat kali.
Kompetisi tahun ini akan diadakan di Swedia pada bulan Mei.
Penyiar Israel “menghubungi penulis lirik dari dua lagu terpilih, 'October Rain' yang terpilih di posisi pertama, dan 'Dance Forever' yang berada di posisi kedua, dan meminta mereka untuk mengadaptasi ulang teksnya, sambil menjaga kebebasan artistik mereka”, kata pernyataan itu.
“Di antara teks-teks baru yang akan diusulkan, Kan akan memilih lagu yang akan dikirim ke komite pengawas Eurovision, sehingga menyetujui partisipasi Israel dalam kompetisi tersebut.”
Lagu terpilih, yang akan dibawakan oleh penyanyi Rusia-Israel berusia 20 tahun, Eden Golan, akan diumumkan pada 10 Maret, kata pernyataan itu.
Satu baris dari lirik asli “October Rain” berbunyi: “Mereka semua adalah anak-anak yang baik, semuanya.”
“Tidak ada udara yang tersisa untuk bernafas, Tidak ada tempat untukku,” lagu itu berakhir, menurut Kan, yang telah mempublikasikan liriknya secara lengkap di situsnya.
Israel pada tahun 1973 menjadi negara non Eropa pertama yang mengikuti Eurovision, dan partisipasi serta tuan rumah acara tersebut sering kali menimbulkan kontroversi.
Pada tahun 2019, band Islandia Hatari, yang sebelumnya menantang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pertandingan gulat rakyat Nordik, membuat pernyataan pro Palestina selama penghitungan suara di Tel Aviv.
Panitia juga mengecam ikon pop AS, Madonna, setelah para penarinya melanggar aturan netralitas politik dengan mengenakan bendera Israel dan Palestina pada kostum mereka.
Kompetisi tahun ini diadakan dengan latar belakang perang, yang dipicu oleh serangan Hamas yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi.
Para militan juga menyandera sekitar 250 orang, dan 130 orang masih ditahan di Gaza meskipun 31 orang diyakini tewas, kata para pejabat Israel.
Respons militer Israel telah menewaskan sedikitnya 30.410 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Kan akhir bulan lalu mengatakan pihaknya “tidak mempunyai niat untuk mengganti lagu tersebut”, dan mengancam akan menarik diri kecuali Uni Penyiaran Eropa (European Broadcasting Union) yang mengawasi kontes lagu tersebut menyetujui keikutsertaannya.
Namun Herzog “menekankan bahwa justru pada saat orang-orang yang membenci kita berusaha untuk menindas dan memboikot Negara Israel” maka negara tersebut “harus bersuara… dengan lantang dan jelas di setiap forum dunia,” kata pernyataan Kan pada hari Minggu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...