Sinyal CVR Lion JT610 Mati, KNKT Terus Upayakan Pencarian
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menyatakan, sinyal dari subinstrumen kotak hitam yang belum ditemukan, yakni cockpit voice recorder pesawat terbang Lion Air nomor penerbangan JT 610 mati sejak dua hari lalu.
Inilah subinstrumen yang merekam semua pembicaraan dari kokpit pesawat terbang, apakah kepada petugas menara kendali penerbangan, atau sesama pilot, atau orang lain yang sedang ada di kokpit dan berbicara melalui head set.
“Ya sekarang pun kami sudah tidak mendengar sinyalnya. Jadi dengan metode apapun akan mencari CVR itu,” katanya.
Ia menambahkan," Sinyal itu hilang sejak dua hari yang lalu."
Ia mengatakan seharusnya sinyal bisa bertahan hingga 30 hari dan ia mengaku tidak mengetahui penyebab sinyal tersebut mati.
“Saya tidak tahu. Saya tanya ke pabriknya ini tidak pernah terjadi,” katanya.
Namun, dia bersikeras akan menemukan CVR dengan cara apapun sebagai salah satu kunci investigasi agar mengetahi penyebab kecelakaan penerbangan JT 610.
“Saya enggak mau kalau CVR enggak ditemukan. Saya maunya berusaha, kesulitan itu saya enggak anggap itu. Saya anggapnya tantangan,” katanya.
Berhasil Diunduh
KNKT sebelumnya sudah mengantongi data salah satu dari kotak hitam, yaitu Flight Data Recorder yang sudah diunduh Minggu (4/11).
Di dalam silinder kuning berisi memory chip berisi data-data penerbangan. Kemarin telah berhasil kami unduh dengan baik," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan data-data tersebut berisi kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, putaran temperatur, posisi kendali penerbangan (flight control), kemudi pesawat di cockpit dan bidang-bidang kemudi di pesawat. Soerjanto mengatakan kotak hitam berisi 69 jam penerbangan dengan 19 penerbangan.
"Kami tidak mengatakan adanya kesulitan tapi tantangan bagaimana kita melewati semua. Alhamdulillah data-data sudah kita simpan," katanya.
Saat ini, Soerjanto mengatakan pihaknya masih berkonsentrasi mencari kotak hitam kedua, yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merekam percakapan suara di dalam cockpit serta percakapan dengan awak kabin.
"Jika belum ditemukan CVR, dengan data yang ada, kami akan berusaha semaksimal mungkin menemukan penyebabnya," katanya.
Untuk keperluan investigasi, dia mengatakan, mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat, Singapura, Australia dan Arab Saudi. (Antara)
Editor : Melki Pangaribuan
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...