Sinyal Moderat dari Iran
SATUHARAPAN.COM - Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan negaranya tidak akan pernah memproduksi bom nuklir, sambil menyatakan ia punya kewenangan penuh untuk memecahkan kebuntuan hubungan dengan Barat.
Rouhani, seperti dikutip Deutsche Welle dan BBC, menyampaikan hal itu dalam wawancara dengan stasiun televisi Amerika NBC, sebelum penampilannya pertama kali sebagai presiden di panggung dunia di sidang Majelis Umum PBB di New York pekan depan. Rouhani terpilih sebagai presiden Iran dalam pemilu Juni lalu.
Pejabat Amerika yang mengamati dari dekat mengatakan hal itu merupakan tanda Rouhani akan menghangatkan kembali hubungan dengan Barat. Ia mengambil garis lebih moderat dalam negosiasi berikutnya mengenai sengketa program nuklir Iran.
Kami tidak pernah berniat memproduksi bom nuklir dan kami tidak akan melakukannya, kata Rouhani, Kami sudah berulang kali menyampaikan dan kini mengatakan lagi, dalam kondisi apa pun tidak akan mengejar senjata pemusnah massal termasuk senjata nuklir.
Seperti diketahui, sebelumnya Iran selalu menegaskan aktivitas nuklir mereka murni untuk perdamaian, tetapi Amerika dan sekutu-sekutunya mencurigai Iran sedang mencoba mengembangkan senjata nuklir. Para ahli mengatakan negara itu akan mampu mewujudkannya paling cepat tahun depan.
Rouhani juga menegaskan presiden mempunyai wewenang penuh untuk mengadakan negosiasi dengan Barat sehubungan dengan program pengayaan uranium yang dilakukan Iran. Dalam program nuklir, pemerintahan ini berkuasa dan punya kewenangan penuh, katanya, Kami memiliki cukup keleluasaan politik untuk memecahkan masalah itu.
Ingin Berdamai
Rouhani dianggap relatif moderat di antara rezim ulama garis keras Iran. Ia berkampanye dengan janji mencari keringanan dari sanksi Amerika dan Barat yang mengembargo minyak Iran dan menyebabkan negara itu mengalami kerugian besar. Lebih dari setengah dari ekspor utamanya berkurang, mengakibatkan melonjaknya inflasi dan membuat nilai mata uang mereka sangat lemah.
Menanggapi tuduhan Amerika bahwa rezim Iran berada di belakang serangan senjata kimia di dekat Damaskus, Suriah, Agustus lalu, Rouhani mengatakan negaranya justru ingin mencari perdamaian, menjaga stabilitas, dan mengurangi senjata pemusnah massal di seluruh wilayah.
Rouhani menganggap perang sebagai sebuah kelemahan. Pemerintah mana pun yang memutuskan perang, kami anggap sebagai kelemahan. Pemerintah mana pun yang memutuskan berdamai, kami melihatnya dengan rasa hormat perdamaian, katanya.
Rouhani juga mengaku menerima sebuah surat bernada positif dan konstruktif dari Presiden Amerika Serikat Obama yang memberi selamat atas terpilihnya ia sebagai presiden Iran dalam pemilu Juni lalu. Dalam pandangan saya, nada surat itu positif dan konstruktif, kata Rouhani, sambil menambahkan, Itu bisa menjadi sebuah langkah kecil dan halus untuk sebuah masa depan yang sangat penting. (afp/rtr/ap)
Pakistan Kembangkan Rudal Yang Dapat Menghantam Amerika Seri...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Seorang pejabat senior Gedung Putih pada hari Kamis (19/12) mengataka...