Sisik Naga, Berkhasiat Antiradang
SATUHARAPAN.COM – Orang menyebut tumbuhan ini sisik naga, karena daun-daun tumbuhan epifit ini menempel rapat di batang pohon yang ditumpanginya bagai sisik. Tumbuhan ini ditanam di perkarangan rumah, atau tumbuh liar di ladang maupun hutan pada keadaan agak lembab.
Dulu, jenis tumbuhan ini sering dipakai untuk mainan anak-anak, sebagai uang-uangan dalam permainan mereka karena daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan, sehingga dinamakan picisan. Daun sisik naga memiliki rasa manis, sedikit pahit, dan dingin.
Tumbuhan sisik naga atau Pyrrosia piloselloides merupakan salah satu dari beberapa jenis paku epifit. Tumbuhan merambat ini hidup dengan cara menempel pada tumbuhan lain, akan tetapi dapat membuat makanan sendiri di batang pohon yang ditumpanginya.
Walaupun tumbuhan liar, setelah banyak ilmuwan mengeksplorasi tumbuhan ini, ternyata sisik naga ini memiliki banyak sekali manfaatnya.
Dunia pengobatan Tiongkok menyebut tumbuhan ini dengan nama bao shu lian, yang berkhasiat sebagai antiradang, penghilang nyeri (analgesik), pembersih darah, penghenti perdarahan (hemostatis), memperkuat paru-paru, dan sebagai obat batuk (antitusif). Sisik naga juga biasa digunakan untuk mengatasi gangguan luka di sekitar mulut (sariawan).
Tim peneliti Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Harapan Ibu, Jambi, meneliti aktivitas antibakteri dari ekstrak sisik naga. Tumbuhan sisik naga memiliki senyawa flavonoid dan tanin yang tinggi. Senyawa tersebut memberikan potensi antibakteri. Tumbuhan ini berkhasiat untuk luka, sariawan, konstipasi, dan disentri.
Aktivitas antibakteri dari tanaman ini berpotensi untuk pengembangan senyawa tanaman obat. Hasilnya menunjukkan, ekstrak herba sisik naga memberikan aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosae dan Staphylococcus aureus.
Menurut Dr Setiawan Dalimartha, Ketua II Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), dalam buku berjudul Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar (Penerbit Puspa Swara, Jakarta 2007), daun sisik naga dapat menyembuhkan penyakit sariawan gusi. Penyakit itu merupakan salah satu jenis penyakit rongga mulut yang disebabkan kuman Bacillus ficiformis dan Borellia vincenti.
Keberadaan kuman ini dapat menyebabkan seluruh gusi meradang. Daun sisik naga ini berkhasiat sebagai antiradang, penghilang nyeri (analgesik).
Pemerian Botani Sisik Naga
Tumbuhan sisik naga, dikutip dari ejournal.unri.ac.id, adalah tumbuhan epifit. Tumbuhan ini memiliki akar yang melekat kuat pada tumbuhan yang ia tumpangi. Daunnya bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk lonjong atau membundar dengan warna hijau bahkan hijau kecokelatan.
Tumbuhan ini memiliki akar serabut, cokelat tua, permukaan akar berambut, berbentuk pilose, cokelat kekuningan.
Batangnya berupa rhizom, menjalar, berbentuk bulat dan ukurannya kecil, rhizom bercabang dengan posisi tumbuh cabang ke samping, permukaan rhizom bersisik berwarna cokelat tua. Batangnya yang muda berwarna hijau muda, batang tua berwarna cokelat kehitaman dan rhizom tidak berdaging.
Daun dimorfik, duduk daun berseling pada rhizom. Daun steril tunggal sederhana, ujung daun membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata, permukaan atas daun bertrikoma, pertulangan daun menjala, memiliki tangkai daun berwarna hijau tua, daun berdaging tebal dengan tekstur lunak, warna daun muda hijau muda dan warna daun tua hijau muda.
Akar daun sisik naga tersebut merayap dengan panjang bisa mencapai sekitar kurang lebih 30 cm yang melekat kuat pada pohon yang ditumpanginya. Pada dasarnya tumbuhan ini mempunyai ciri fisik daun yang berbentuk oval memanjang dengan bentuknya seperti sisik naga, karena itulah disebut dengan daun sisik naga.
Sisik naga menurut Wikipedia, memiliki nama ilmiah Pyrrosia piloselloides, yang dalam klasifikasi tumbuhan masuk kedalam famili Polypodiaceae. Tumbuhan paku-pakuan ini memiliki berbagai nama daerah yaitu picisan (Sumatera), sisik naga (Semenanjung Melayu), sakat riburibu (Pantai Sumatera Barat), paku duduwitan (Sunda), pakis duwitan (Jawa).
Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropic.
Manfaat Herbal Tumbuhan Sisik Naga
Tanaman sisik naga, dikutip dari stikes-hi.ac.id, selain tumbuh dan menempel di pepohonan, juga di bebatuan. Hasil studi pustaka menunjukkan tanaman sisik naga memiliki kandungan senyawa yang berpotensi untuk antioksidan, antibakteri, antiinflamasi, gonore, psoriasis, demam, disuria.
Beberapa penelitian menunjukkan ekstrak daun sisik naga memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. viridians pada konsentrasi 0.001 persen.
Ir Lukas Tersono Adi dalam bukunya yang berjudul Tanaman Obat dan Jus untuk Asam Urat dan Reumatik (Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta 2006), menyebutkan tumbuhan ini memiliki kandungan kimia berupa minyak atsiri, triterpen, fenol, flavanoid, tannin, dan gula. Tumbuhan ini berkhasiat sebagai antiradang dan reumatik non-artikuler.
Tim peneliti Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Bandung meneliti antihiperglikemia ekstrak etanol daun sisik naga dengan metode toleransi glukosa, seperti dikutip dari JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol II No 1, Januari 2013.
Daun sisik naga telah digunakan secara empiris oleh masyarakat Bengkulu untuk mencegah beberapa penyakit termasuk penurunan kadar gula darah (antihiperglikemia). Pada penelitian ini telah dilakukan uji aktivitas antihiperglikemia ekstrak etanol hasil maserasi daun sisik naga pada mencit jantan jenis Swiss Webster dengan metode toleransi glukosa.
Dari hasil pengolahan data ANOVA dan uji LSD pada menit ke 30, 60, dan 120 setelah pemberian ekstrak secara oral, kelompok dosis 1 memberikan efek antihiperglikemia paling baik dibandingkan kelompok dosis 2 dan 3.
Tim peneliti dari Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Farmaka Tropis, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur , meneliti efek hemostatis ekstrak methanol daun sisik naga pada tikus jantan . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hemostatis, dosis dan waktu pengukuran optimum ekstrak sisik naga dengan mengukur waktu perdarahan pada tikus menggunakan metode tail bleeding. Perdarahan dapat diatasi salah satunya dengan menggunakan tumbuhan sebagai obat herbal.
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat untuk menghentikan perdarahan (hemostatis) antara lain adalah daun sisik naga. Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak metanol daun sisik naga mempunyai efek hemostatis. Dosis optimum ekstrak metanol daun sisik naga sebagai hemostatis yaitu pada 50 mg/kgBB pada waktu pengukuran optimum yaitu 24 jam setelah pemberian ekstrak.
Tim peneliti dari Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, menguji bioaktivitas fraksi metanol dan etil asetat tumbuhan paku sisik naga terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen yang menyebabkan infeksi pada luka, dan Salmonella typhi adalah bakteri yang menyebabkan tifus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas senyawa sekunder metabolit dan aktivitas antibakteri fraksi metanol dan etil asetat sisik naga melawan Bakteri S. aureus dan S. typhi. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dengan metode difusi cakram (Kirbybauer).
Hasil penelitian menunjukkan fraksi metanol dan etil asetat mengandung flavonoid dan senyawa terpenoid. Fraksi metanol sisik naga memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri aureus dengan respon yang kuat pada konsentrasi 0,25 g/mL sedangkan fraksi etil asetat memiliki tidak ada aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan S. typhi.
Penelitian yang dilakukan L. Nuraini Susilowati di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada tahun 1988, menyebutkan ekstrak alkohol daun sisik naga mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Sementara ekstrak alkohol dan ekstrak airnya menghambat pertumbuhan Streptococcus aerous.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...