Situasi di Sudan Masih Tidak Aman untuk Evakuasi Staf Kedutaan
KHARTOUM, SATUHARAPAN.COM-Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pada hari Jumat (21/4) bahwa pertempuran yang sedang berlangsung antara faksi militer di Sudan membuatnya terlalu berisiko untuk mencoba mengevakuasi personel kedutaan dari Khartoum.
Pentagon telah melakukan mobilisasi di wilayah Afrika timur untuk mengeluarkan staf AS dari ibu kota Sudan.
Namun, “karena situasi keamanan yang tidak menentu di Khartoum dan penutupan bandara, saat ini tidak aman untuk melakukan evakuasi terkoordinasi pemerintah AS,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Vedant Patel.
Departemen Luar Negeri telah berusaha untuk mengumpulkan staf AS di satu lokasi di ibu kota Sudan untuk lebih melindungi mereka dari pertempuran di luar dan mempersiapkan evakuasi. Bagaimana itu akan terjadi tidak jelas.
Pada hari Kamis (20/4), Pentagon mengatakan sedang mengerahkan pasukan di kawasan itu untuk mendukung evakuasi, kemungkinan akan diarahkan dari pangkalan AS di Djibouti, lebih dari 700 mil (1.126 kilometer) di sebelah tenggara Khartoum.
"Kami mengerahkan kemampuan tambahan terdekat di kawasan itu untuk tujuan darurat terkait mengamankan dan berpotensi memfasilitasi keberangkatan personel Kedutaan Besar AS dari Sudan," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.
Lebih dari 400 orang tewas setelah kekerasan meletus hari Sabtu (15/4) antara pasukan yang setia kepada panglima militer Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter.
Jeda pertempuran mulai hari Jumat (21/4), tampaknya terkait dengan liburan Idul Fitri, meningkatkan kemungkinan evakuasi dapat dilakukan selama akhir pekan.
“Kami telah menjelaskan kepada kedua belah pihak bahwa setiap serangan, ancaman, atau bahaya yang ditujukan kepada diplomat kami sama sekali tidak dapat diterima,” kata Patel.
Berlin membatalkan upaya evakuasi bagi warganya dari Sudan pada hari Rabu, menurut mingguan Jerman Der Spiegel. Tiga pesawat angkut militer, yang akan membawa sekitar 150 warga Jerman, menuju ke negara itu tetapi kembali, menurut majalah itu.
Korea Selatan mengatakan pada hari Jumat (21/4) bahwa pihaknya mengirim pesawat militer dan tentara untuk bersiap-siap mengevakuasi warga negaranya di pangkalan AS di Djibouti.
Jepang mengatakan sedang bersiap untuk mengevakuasi warga negaranya dari negara itu. Sekitar 60 orang Jepang berada di Sudan, termasuk staf kedutaan, kata juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno. Jepang juga memiliki pangkalan di Djibouti untuk Pasukan Bela Diri Jepang.
Militer Sudan mengatakan telah menyetujui gencatan senjata tiga hari mulai hari Jumat untuk memungkinkan rakyat Sudan merayakan Idul Fitri yang mengakhiri bulan suci Ramadhan.
"Angkatan bersenjata berharap para pemberontak akan mematuhi semua persyaratan gencatan senjata dan menghentikan setiap gerakan militer yang akan menghalanginya," kata tentara dalam sebuah pernyataan.
Sebelumnya pada hari Jumat Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF), yang telah memerangi tentara di seluruh Sudan selama hampir sepekan, menyetujui gencatan senjata 72 jam. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Israel dan Hamas Hampir Mencapai Kesepakatan Gencatan Senjat...
KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Israel dan Hamas tampaknya hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata yang ...