Soda Bahagia
Kebahagiaan itu sederhana, seperti ketika kita mereguk segelas air es di tengah cuaca terik siang hari.
SATUHARAPAN.COM – Siapa tidak tahu minuman soda gembira? Minuman rakyat ini adalah oplosan antara soda, susu kental manis putih, sirup frambozen dan es batu. Saya tidak tahu bagaimana sejarah oplosan itu diberi nama soda gembira. Bisa jadi karena rasanya manis susu bercampur dengan legit sirup, beradu dengan kerasnya soda menimbulkan sensasi meriah di dalam mulut. Yang jelas, keluarga saya penggemar soda gembira.
Gara-gara soda gembira, saya sempat dimarahi banyak orang, mulai dari penjajanya, sesama pembeli, tetangga rumah, hingga keluarga besar. Pasalnya, penggemar nomor satu soda gembira di rumah adalah Ibu saya. Ibu saya memang belum sepuh, baru setengah abad usianya. Namun, beliau menderita parkinson, yakni jenis penyakit yang menyerang syaraf pusat, efeknya adalah koordinasi gerak kacau dan terjadi tremor. Dengan kondisi seperti itu, Ibu selalu request soda gembira, minimal dua minggu sekali. Bagi awam, pesanan soda gembira untuk diminum penderita parkinson adalah kenekadan. Ujung-ujungnya saya yang kena omelan karena dianggap mempermainkan kesehatan ibu.
Selama ini, soda gembira tidak pernah menjadi masalah bagi Ibu. Dengan raut wajah gembira beliau menyeruput soda gembira baik di malam musim kemarau mau pun musim penghujan. Pada beliau tidak muncul gejala pilek atau mabuk soda. Kondisi sangat aman terkendali. Justru ketika penjaja soda gembira tidak buka lapak, Ibu ribut sekali karena sesajen kesayangannya absen.
Dengan memerhatikan kebiasaan Ibu saya yang gemar minum soda gembira dengan perasaan gembira, saya malah menarik pelajaran penting. Soda gembira memang benar-benar memberikan kegembiraan tersendiri. Bukan karena bahan baku minumannya yang merangsang hormon kebahagiaan, tetapi sikap syukur tatkala menikmati soda gembira itulah yang menjadikan minuman ini berimbas positif.
Ibu memutuskan menikmati minum soda gembira. Selain bersyukur, hal penting yang menjadikan soda gembira begitu menggembirakan adalah keputusan dari dalam diri untuk merasa gembira. Ya, bagi Ibu, kegembiraan bukan sekadar berkat yang turun dari Surga. Kegembiraan juga merupakan keputusan pribadi lepas pribadi. Meski berkat Tuhan turun melimpah, tetapi hati kita dirundung perasaan pesimis, tentu kita batal merasa gembira.
Tuhan tidak serta-merta memberi kita kebahagiaan. Namun, Dia memberi kita kesempatan hidup, supaya kita mampu mengusahakan kebahagiaan. Resepnya sederhana: ”Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal…” (1Tes. 5:16-18).
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...