Solidaritas #SaveNduga Ibadah Kasih di Depan Istana Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 50 orang lebih bergabung dalam aksi solidaritas #SaveNduga dengan menyalakan lilin dan ibadah doa kasih di Taman Aspirasi, seberang Istana Negara, Jakarta, hari Rabu (26/12) malam.
Narahubung aksi solidaritas #SaveNduga, Darson Lokbere, mengatakan acara kali ini untuk merenungkan sekaligus untuk menciptakan tanah Papua yang penuh perdamaian, secara khusus terhadap konflik kekerasan yang terjadi belum lama ini di Nduga, Papua.
Menurutnya, hampir setiap tahun tanah Papua penuh dengan konflik berdarah akibat terjadinya gesekan kekerasan yang terjadi di sana.
“Padahal semestinya dalam menyambut kelahiran Sang Isa Almasih (Yesus Kristus), sebagian besar umat Tuhan di Papua berharap dapat mempersiapkan diri dengan penuh damai dan sukacita untuk menerima kelahiran Yesus pada hari raya Natal. Namun realitasnya di Papua tidak sama dengan daerah-daerah lain yang mengadakan natal dengan penuh damai-kasih,” kata Darson Lokbere kepada satuharapan.com, Rabu (26/12) malam.
Bertepatan hari raya Natal tahun ini, kata Darson, mereka ingin merefleksikan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di tanah Papua. Banyak warga sipil menjadi korban penembakan di sana.
“Kami ingin menghayati dan merasakan seperti rakyat sipil yang berada di hutan sana, mereka bertahan hidup tapi takut dibunuh di tanahnya sendiri. Mereka menahan lapar, bahkan banyak yang tidak dapat ditemui keluarganya sendiri karena mereka semua mendapat tekanan oleh aparat keamanan,” katanya.
Darson mengatakan, peran Komnas HAM sebagai lembaga independen, telah mengeluarkan pernyataan sepihak padahal belum mempunyai data yang jelas dan lengkap dari lapangan, bahkan Komnas HAM belum ada tim khusus yang diturunkan ke Nduga, Papua.
Melalui kegiatan ini, kata Darson, semua ingin merayakan Natal dengan penuh damai kasih dan tidak ingin lagi ada warga sipil yang menjadi korban akibat konflik bersenjata dengan aparat di Nduga, Papua.
“Kami juga ingin ikut merasakan sakitnya di Hari Raya Natal ini untuk saudara-saudari, orangtua kami di Nduga. Biarkan mereka rayakan Natal dengan penuh damai kasih. Oleh karena itu kami juga bersolidaritas dengan aksi #SaveNduga mengadakan pemasangan lilin dan doa bersama sebagai bagian turut belasungkawa terhadap saudara-saudara kami yang telah meninggal lebih dulu di sana,” katanya.
Dalam kesempatan ini juga, kata Darson, aksi solidaritas #SaveNduga menuntut lima hal, yaitu:
Pertama, mendukung Pemprov Papua, DPR Papua, Majelis Rakyat Papua (MRP), tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, Komnas HAM untuk membentuk tim independen.
Kedua, meminta PBB untuk mendatangkan tim independen agar melakukan investigasi kasus di Nduga.
“Kami juga meminta kepada Pemerintah RI untuk segera melakukan dialog daripada melakukan pendekatan militer di Papua,” katanya dalam tuntutan ketiga.
Keempat, mendesak pemerintahan Jokowi-JK untuk segera menarik aparat gabungan dari Nduga dan segera membuka akses jurnalis independen asing maupun nasional di Nduga.
Lalu terakhir, kelima, mendesak aparat gabungan TNI/Polri untuk menahan diri dan menjamin hak hidup masyarakat sipil Papua di Nduga.
“Biarkan dorang Natal dengan damai,“ katanya.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...