Sri Langka Kirim Dua Menteri ke Rusia untuk Mendapatkan Bahan Bakar Minyak
KOLOMBO, SATUHARAPAN.COM-Sri Lanka mengirim dua menteri pemerintah ke Rusia untuk merundingkan bahan bakar minyak, salah satu kebutuhan yang hampir habis akibat keruntuhan ekonomi negara di Samudra Hindia itu.
Rencana itu muncul ketika Amerika Serikat dan sekutunya bertujuan untuk memotong impor energi dari Rusia sejalan dengan sanksi atas perangnya melawan Ukraina. Sejak invasinya pada akhir Februari, harga minyak global telah meroket, mendorong sejumlah negara untuk mencari minyak mentah Rusia, yang ditawarkan dengan diskon besar-besaran.
Menteri Tenaga dan Energi, Kanchana Wijesekera, mengatakan kedua menteri berangkat ke Rusia pada hari Senin (27/6) untuk melanjutkan pembicaraan yang telah dilakukan Sri Lanka dengan pihak berwenang Rusia untuk membeli bahan bakar secara langsung, di antara masalah terkait lainnya yang dibicarakan.
Dia mendesak orang-orang pada hari Sabtu untuk tidak mengantre untuk mendapatkan bahan bakar, dengan mengatakan hanya sejumlah kecil yang akan didistribusikan ke sejumlah stasiun terbatas hingga pekan mendatang. Dia mengatakan sampai pengiriman berikutnya tiba, “transportasi umum, pembangkit listrik dan industri akan diberikan prioritas.”
Warga harus mengantre berjam-jam dan terkadang berhari-hari untuk mendapatkan bahan bakar minyak, terkadang warga mengganti dengan menggunakan arang atau pelepah sawit untuk memasak.
Komentar Wijesekera muncul ketika delegasi AS mengunjungi Sri Lanka, mencari cara untuk membantu negara kepulauan itu mengatasi krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kekurangan pasokan penting yang parah. Presiden Gotabaya Rajapaksa mengadakan pembicaraan terpisah pada hari Senin dengan diplomat dari Amerika Serikat dan Rusia.
Namun, Wijesekera mengatakan Kementerian Luar Negeri dan duta besar Sri Lanka di Rusia telah membuat pengaturan untuk pembelian bahan bakar.
“Ada keuntungan bagi kami jika kami bisa membeli minyak langsung dari pemerintah Rusia atau perusahaan Rusia. Ada pembicaraan yang sedang berlangsung," katanya kepada wartawan, hari Minggu.
Kekurangan tersebut telah menyebabkan protes terhadap pemerintah. Pemerintah telah mengerahkan pasukan bersenjata dan polisi di setiap stasiun pompa minyak.
Sri Lanka mengatakan tidak dapat membayar US$7 miliar utang luar negeri yang jatuh tempo tahun ini, sambil menunggu hasil negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai paket penyelamatan. Sri Lanka harus membayar rata-rata US$5 miliar per tahun hingga 2026. Pihak berwenang telah meminta IMF untuk memimpin konferensi untuk menyatukan pemberi pinjaman Sri Lanka.
Bulan lalu, negara itu membeli 90.000 metrik ton (99.000 ton) pengiriman minyak mentah Rusia untuk memulai kembali kilang satu-satunya, kata Wijesekera.
Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pada pertengahan Juni, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan negara itu akan terpaksa membeli minyak dari Rusia dan berusaha mendapatkan minyak dan batu bara dari pemasok tradisional di Timur Tengah.
“Jika kita bisa mendapatkan dari sumber lain, kita akan mendapatkannya dari sana. Kalau tidak (kami) mungkin harus pergi ke Rusia lagi,” katanya. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...