Stage Bus Jazz Tour 2015 Menyapa Jogja-Solo
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Secara berturut-turut Stage Bus Jazz Tour (SBJT) 2015 menyinggahi Kota Yogyakarta dan Surakarta. Hari Minggu (27/9) malam SBJT membuka bis panggungnya di Graha Strategic Seturan, Sleman dengan band pembuka dari komunitas Jazz mBen Senen yang biasa tampil di Bentara Budaya Yogyakarta setiap Senin malam serta bintang tamu Bonita (anak pembawa acara senior Koes Hendratmo).
Selain membawakan beberapa lagu dari albumnya yang berjudul Bonita (2003) dan Laju (2009), Bonita menyanyikan beberapa lagu jazz klasik dengan komposisi dan aransemen ulang oleh MP3trio pimpinan Rene van Helsdingen, musisi-pianis jazz dari Belanda. Perhelatan ini merupakan rangkaian SBJT 2015 pada 23 kota berlangsung hingga 29 November 2015.
Pada Jumat (2/10) malam STBJ memarkir dan membuka stage bus-nya di pelataran parkir Benteng Vastenburg Surakarta dengan band pembuka dari komunitas jazz Solo serta bintang tamu penyanyi jazz Syaharani. Syaharani membawakan tujuh lagu yaitu Never let me go, Mungkin, Hello Dolly, New York New York, Tersiksa lagi, Everyday I got the Blues, dan Oh... Lady be Good. Dengan keseluruhan aransemen-komposisi digarap-ulang oleh MP3trio sehari sebelum pementasan. Diantara waktu perform band pembuka dan perform bersama bintang tamu, MP3trio sendiri memainkan 4-5 lagu dari album MP3trio l’Eau.
Aransemen ulang yang dilakukan MP3trio pada lagu-lagu old school semisal New York New York yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra, Hello Dolly (Louis Armstrong), ataupun lagu Oh,.. Lady be Good-nya Ella Fitzgerald dibawakan kembali oleh Syaharani dalam kekinian.
Selain pementasan yang unik menjadikan bis sebagai 'panggung berjalan', MP3trio memberikan kesempatan pada bintang tamu memilih lagu yang akan dinyanyikan untuk diaransemen ulang oleh MP3trio beberapa saat sebelum pementasannya. Upaya ini sebagai bentuk menuju pementasan yang lebih baik dari satu perform ke perform berikutnya.
Ber-jazz Secara Sederhana
Dalam perbincangan selama perjalanan Jogja-Solo, hari Kamis (1/10) Rene menjelaskan konsep tournya adalah menampilkan basic jazz style dengan memainkan piano, bass, dan drum, dalam hal ini permainan piano untuk penggarapan komposisi lagu, sementara alat musik lain diberikan kebebasan melakukan improvisasi. Ini menjadi salah satu tantangan dalam tour "... get to play many time and yet the music get better and better..." bermain dari waktu ke waktu menjadi lebih baik dengan menyajikannya pada pendengar/pemirsa secara gratis, kata Rene. Karena itulah Rene menggunakan stage bus selama tur yang bisa dibongkar pasang pada tempat secara fleksibel dengan harapan bisa menjangkau pemirsa lebih banyak sejauh bisa dijangkau bis.
Konsep lainnya adalah "... no faces, no profiles, no biography. That mean i'ts not important who is play. The music is important. Its all about music...." kata Rene. Semua yang disajikan semata-mata adalah tentang bermain musik (jazz), tanpa profil grup band, tanpa biografi penampil. Ini menjadi salah satu cara Rene untuk memperkenalkan cara bermusik jazz di Indonesia secara sederhana, dan Rene telah melakukannya di Indonesia sejak tahun 1997 dengan tur yang hampir sama. Selama tur kali ini Rene menggandeng musisi jazz senior Indonesia Jeffrey Tahalele (bass), dan Benny Mustafa (drum). Saat pementasan di Jogja-Solo, karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan posisi Jeffrey sementara digantikan bassis Kevin Yosua.
Andre Hamara, produser SBJT 2015 menjelaskan salah satu target membawa musisi lintas generasi adalah sebagai upaya memperkenalkan kembali jejak langkah musisi serta musik jazz di Indonesia dengan menampilkan musisi jazz senior dan musisi muda dalam satu panggung. Karenanya, selain Jeffrey Tahalele dan Benny Mustafa, selama tour Andre telah menyiapkan additional player dari musisi muda, Kevin Yosua salah satunya. Menurut Andre, upaya ini untuk menjembatani "keterputusan" jejak langkah perjalanan musik jazz di Indonesia.
Perkembangan musik jazz di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Ini bisa dilihat dari banyaknya band jazz mulai dari Karimata, Krakatau, hingga Maliq & D'Essentials. Begitupun penyanyi mulai dari Trie Utami, Mus Mujiono, Syaharani, hingga Andien. Setali tiga uang, pasar pun merespon dengan baik dengan banyaknya pertunjukan jazz mulai yang gratis hingga berbayar pun tiket hampir-hampir selalu sold out.
Apakah Anda mengetahui siapa itu Benny Mustafa atau Jeffrey Tahalele? Jika pertanyaan itu justru Anda tanyakan kembali pada orang lain, mungkin pada titik simpul ini yang coba dirangkai kembali oleh Andre Hamara: membuka ingatan pada legenda jazz Indonesia yang masih tersisa, merangkai cerita, belajar bersama, sekaligus membuka ruang dialektika perkembangan jazz di Indonesia. Mengenang tidak berarti membeku di masa lalu, namun bertindak dan berjuang untuk masa depan.
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...