Stop Mainan Plastik, TK di Melbourne Biarkan Murid Bermain Lumpur
MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM – Sebuah taman kanak-kanak (TK) di Melbourne, Australia, kini membiarkan anak-anak asuhnya bermain lumpur dan pohon. Hal itu dilakukan setelah TK ini menghentikan penggunaan mainan dari plastik.
TK bernama Isabel Henderson Kindergarten di kawasan North Fiztroy, sekitar 6 km dari pusat kota, kini tidak lagi menggunakan mainan dari plastik, sehingga murid-murid mereka bisa bermain bebas dengan apa yang tersedia di sekitarnya.
Direktur TK Nicole Messer menjelaskan, dengan menghentikan penggunaan mainan dari plastik, murid-murid tersebut dipaksa untuk berpikir mengenai apa yang bisa mereka lakukan.
"Ini menyangkut keterampilan hidup, bagaimana mereka bisa membuat cerita, berimajinasi, berada di lingkungan yang tidak bias apa pun," kata Messer, yang dilansir abc.net.au, pada Selasa (23/7).
Hal ini justru menjadi tantangan bagi anak-anak yang baru belajar mengenai kehidupan tersebut.
"Alam kadang memang kelihatan seperti tidak bersahabat. Dingin, basah, namun semua itu memaksa kita untuk berdaptasi,” kata Messer.
Dia menjelaskan, dengan bermain di luar ruangan, anak-anak berusia tiga dan empat tahun tersebut tak lagi bermain dengan mainan yang selalu dikaitkan dengan gender, seperti mainan truk untuk anak laki-laki, atau boneka untuk anak perempuan.
"Bermain adalah belajar membangun kemampuan berkomunikasi, juga pengembangan sensori, gerakan motorik, semua ini akan membantu kita dalam kehidupan nantinya," kata Messer lagi.
Salah satu bagian dari tempat bermain di luar ruangan di TK tersebut adalah kolam lumpur, tempat anak-anak dibiarkan bermain di sana.
Pada awalnya, menurut Nicole Messer, tidak banyak murid TK yang mau bermain di kolam lumpur.
"Pada awalnya kami melihat anak-anak itu tidak banyak yang mau menyentuh lumpur, ada yang menggunakan dahan untuk menyentuh lumpur karena takut tangannya kotor."
"Kami menganjurkan mereka untuk bermain di sana agar semakin terbiasa."
Ketika ABC mengunjungi TK tersebut, banyak anak-anak yang sedang membuat kue dari tanah dan juga berbagai kegiatan lain.
TK ini juga bekerja sama dengan kelompok Aborijin setempat dari suku Wurundjeri, untuk mengubah sebuah pabrik yang tidak digunakan lagi menjadi hutan Aborijin.
Salah seorang tetua di sana yang juga seorang aktor Jack Charles, yang membuka hutan itu mengatakan cara ini tepat untuk mendekatkan anak-anak dengan dunia di sekitarnya.
"Ini akan menjadi pencerahan bagi perkembangan pemikiran anak-anak," katanya.
Charles berharap, akan lebih banyak lagi TK dan sekolah yang menggunakan alam sekitar untuk bercerita mengenai sejarah lokal di Australia.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...